[caption id="attachment_202404" align="aligncenter" width="518" caption="Ilustrasi/ Admin (Kompasiana)"][/caption]
Perempuan jawa,
Ketika aku saksikan aliran keringatmu mengalir deras
Betapa puisimu terdengar menyedihkan
Tentang luka yang perih
Melanjutkan perjuangan di perantauan.
Tiada pernah mengenal lelah dan kata menyerah.
Dalam sadar dan tiada menyadari,
Kapal kita telah merapat dalam barisan anak rantau.
Perempuan jawa,
Ketika kau ingin melepas keperihan
Betapa dalam riangmu, beribu kerinduan tertimbun
Rasa kehilangan tertahan penuh pengharapan
Mengukir satu waktu dan kita menyatu dalam pertemuan.
Dan aroma pegunungan semakin menyejukkan.
Perempuan jawa,
Ketika kau ingin melepas keperihan
Betapa dalam riangmu, beribu kerinduan tertimbun
Namun tak kuasalah jua mengadakan pertemuan
Entah sebab apa?
Selalu tak kuasa
Dan memilih suasana yang perih
Suasana yang menampung sejuta kenangan
Maka tumpahlah air mata
Mengenang kampung halaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H