Mohon tunggu...
Dona Mariani
Dona Mariani Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pelajar SMA Negeri 3 Brebes yang sedang mencari jati dirinya saat ini

Seorang pelajar yang sedang berusaha menjadi sesuatu. Menulis adalah salah satu kegemarannya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Sheila dan Zenon (1)

31 Desember 2024   13:38 Diperbarui: 31 Desember 2024   20:12 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Di suatu sore yang cerah, nampak dua remaja perempuan tengah asyik berbincang sambil berjalan menyusuri trotoar jalan. Berbalut seragam abu-putih sambil menenteng tas punggung masing-masing, mereka sedang membahas kasus korupsi yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial. "Buset, korupsinya sampai 271 triliun?! Itu duitnya buat apa saja coba?!" Salah satu dari mereka menanggapinya dengan heboh seakan-akan sedang bergosip.

Teman yang berada di sampingnya pun berkata, "Iya, beneran! Katanya, sih, katanya! Buat melangsungkan acara pre-wedding di salah satu hotel berbintang di Inggris dan dilanjut acara pernikahannya di taman bermain Luckyland di Jepang, dan lain-lain. Intinya buat memperkaya diri saja," kata temannya yang antusias. "Oh, iya! Aku juga sempat lihat di media sosial kalau mereka, para netizen kita itu salah hujat orang. Hanya gara-gara namanya yang hampir sama, mereka menghujat salah satu selebriti yang tidak ada sangkut-pautnya dengan terduga pelaku, malah si selebriti itu yang dihujat habis-habisan. Kenapa bisa begitu, ya? Kamu tahu sebabnya tidak, Sheila?" lanjutnya dengan pertanyaan.

Sheila, orang yang dilempar pertanyaan oleh temannya itu pun menjawab, "Kalau dari pernyataanmu itu ... ada beberapa penyebabnya. Seperti tidak menelusuri lebih lanjut berita tersebut dengan teliti sehingga mudah memercayai suatu informasi yang belum benar adanya, rendahnya minat membaca dan tidak berpikir dua kali sebelum bertindak, alias menghujat selebriti tersebut. Memang sangat disayangkan di negara kita ini minat literasinya masih rendah," jelas Sheila. "Tapi, aku paham saja kenapa bisa begini, sih," tambahnya dengan gaya berpikir.

"Apa? Spill dong, alasannya!" desak temannya yang sudah tidak sabar.

Sheila menghembuskan napas sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari temannya itu, "Ini termasuk faktor eksternal. Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai untuk berliterasi dan perhatian dari orang tua, pengaruh pergaulan yang kurang baik serta pengaruh gawai yang membuat segelintir orang 'melupakan' keberadaan buku yang merupakan jendela ilmu bagi kita. Kurang lebih begitu, Mio," katanya sambil tersenyum kepada temannya yang bernama Mio tersebut. Sedangkan Mio hanya mangut-mangut sambil terus berjalan di atas trotoar.

Di tengah perjalanan pulang, mereka berdua melewati salah satu sekolah favorit yang ada di kota tersebut. Sekolah yang di mana Sheila gagal untuk masuk ke sana karena tidak memenuhi kriteria pendaftaran yang berlaku sehingga dia berakhir di sekolahnya yang sekarang. BNA alias Bina Nusa Academy adalah sekolah dengan arsitektur megah yang bergaya modern dengan lambang sekolah yang terpampang jelas menempel di salah satu sisi tembok serta didukung dengan kualitas pendidikan yang terbaik, membuat sekolah ini menjadi sekolah internasional yang banyak digemari oleh orang-orang berduit. Desain seragamnya pun sangat bagus, seperti seragam di sekolah luar negeri, membuatnya nampak sedikit berkelas. Di dalam hatinya, Sheila masih berharap bisa diterima di sana dan menjadi bagian dari Bina Nusa Academy, tapi apalah daya, kenyataan berkata sebaliknya. Lama memandangi, Sheila pun lengannya ditarik paksa oleh Mio yang kesal dengannya setelah beberapa kali dipanggil tidak kunjung disahut olehnya.

Di saat yang bersamaan, seorang remaja laki-laki bule baru saja keluar dari gedung BNA sambil menenteng tas punggungnya. Dari balik pintu depan yang berkaca, dia juga sempat melihat Sheila yang bengong memandangi gedung BNA dari balik pagar dengan waktu yang cukup lama, sebelum dia ditarik paksa oleh seseorang yang diduga temannya itu. Untung saja dia langsung pergi sebelum dirinya yang menegur.

Tiba-tiba dari arah belakang, seseorang menepuk bahunya dan hal itu membuat si remaja kaget. Kepalanya menoleh dan dia bernapas lega karena tadi adalah temannya. "Ternyata kau, David. Ada apa?" tanyanya kepada orang yang bernama David itu dengan intonasi dan ekspresi wajah yang datar.

"Nggak papa, cuma pengin menyapa 'aja," katanya sambil tersenyum. "By the way, nanti besok beneran kita ada kolaborasi sama SMA lain buat acara pembuatan film pendek nih, Zenon?" lanjutnya dengan pertanyaan.

Zenon, orang yang ditanyai hanya mengangkat bahu cuek dan berjalan keluar dari gedung sekolah yang segera disusul oleh David. Dia tidak berniat menjawab karena memang kurang mengetahui akan hal ini. Mereka berdua berjalan berdampingan di bawah langit senja yang indah.

~~~~~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun