Kalian tahu julukan dari senyawa kimia H2O, bukan? Ya, jika kalian menjawab air, maka itu benar. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Tubuh kita sendiri mengandung sekitar 70% air yang tersebar di seluruh bagian tubuh manusia. Berbicara tentang air, pada beberapa tahun terakhir, pencemaran pada mata air di beberapa wilayah Indonesia termasuk ke dalam kategori buruk atau mengkkhawatirkan. Pasalnya, setiap hari kita membutuhkan air untuk makan, minum, mandi dan menunjang aktivitas lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Sudah tidak terhitung lagi, berapa banyak jumlah bakteri atau virus yang berbahaya masuk ke dalam tubuh manusia akibat pencemaran air ini. Penyebab pencemaran pada intinya disebabkan oleh berbagai jenis limbah, baik limbah domestik maupun industri.
Menurut UNICEF, hampir 70% dari 20.000 sumber air minum rumah tangga yang diuji tercemar limbah tinja. Pencemaran ini dapat meningkatkan penyebaran penyakit diare yang merupakan penyebab utama kematian pada usia balita dan didukung oleh beberapa faktor yang sebagian besar ditimbulkan oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab demi menjaga kebersihan lingkungan.
Jika mata air tercemar, perlahan tapi pasti, dampaknya akan merambat kepada tanah lalu menuju pepohonan yang mendiami tanah sebagai media tumbuh alami kingdom plantae ini. Dilansir dari sebuah website luar bernama UMassAmherst, air untuk irigasi tanaman harus memiliki kadar pH antara 0,5 dan 7,0. Air dengan pH di bawah angka tersebut dapat dikategorikan 'asam' dan ini tentunya tidak baik untuk pohon atau tumbuhan. Sedangkan air diperlukan sebagai penyusun protoplasma sebuah tumbuhan agar ia bisa tumbuh. Sungguh ironi bukan?
Berbicara tentang hutan, tidak luput dari permasalahan yang sering kita dengar darinya seperti penebangan hutan, pembalakan liar dan deforestasi hutan. Dikutip dari forestinsights.id, hasil pemantauan hutan Indonesia tahun 2022 menunjukkan bahwa luas lahan hutan seluruh daratan Indonesia adalah 96,0 juta hekatre (ha) atau 51,2% dari total daratan. Sebanyak 92,0% dari total luas berhutan atau 88,3 juta ha berada di dalam kawasan hutan. Kemudian, data yang dikutip dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jumat, 19 Januari 2023 mengungkapkan deforestasi (netto) Indonesia tahun 2021-2022 adalah sebesar 104 ribu ha. Hal tersebut menunjukkan bahwa deforestasi hutan di Indonesia termasuk kategori relatif rendah dan stabil, sehingga masih ada harapan untuk dilakukan reboisasi di sekitar area hutan tersebut. Â
Tanpa air, hutan tidak akan bisa melakukan proses hidrologi dan fotosintesis untuk menghasilkan oksigen dan mengikat karbon dioksida yang pada akhirnya akan kembali kepada makhluk hidup. Tanpa hutan, tidak akan ada lagi tempat menampung air sehingga banjir akan merajalela, mengatur iklim agar tetap stabil dan erosi tanah yang bisa terjadi kapan saja.
Kesimpulannya, jika kita ingin agar bumi tetap lestari dan menjalankan sebagaimana fungsinya, tugas kita cukup menjaga keberlangsungan ekosistem. Mengingat kesadaran warga Indonesia yang masih rendah tentang pentingnya menjaga lingkungan. Misalnya, sebelum membuang limbah cair ke sungai, sebisa mungkin disaring dengan bantuan alat khusus agar tidak terlalu mencemari, berpikir dua kali sebelum membuang sampah secara sembarangan, melakukan 3R (Reduce, Reuse, Recyle), setelah menebang pohon alangkah baiknya menanam pohon untuk mengganti pohon yang ditembang, dan adanya sanksi hukum yang tegas bagi para pelanggar, dan lain-lain. Sekian dan terima kasih.
Daftar Pustaka
https://forestinsights.id/data-hutan-indonesia-tahun-2022-luas-hutan-dan-laju-deforestasi/
