Kebanyakan dari kita semua pasti tahu dan pernah melakukan yang namanya procrastination atau yang artinya dalam bahasa Indonesia penundaan. Orang yang melakukan penundaan memiliki berbagai macam alasan. Tapi sebenarnya apa saja sih alasan orang itu cenderung melakukan penundaan atau procrastination? Untuk mengetahui pertanyaan tersebut, kita perlu tahu dahulu apa itu procrastination atau penundaan.
Procrastination atau penundaan itu adalah suatu aksi membatalkan hal yang akan dikerjakan orang tersebut dalam jangka waktu tertentu. Semua tergantung pada orang yang melakukan penundaan. Dan orang yang melakukan hal ini disebut procrastinator. Seorang procrastinator sangat suka menunda pekerjaan yang sudah direncanakan oleh dirinya sendiri. Tetapi melakukan penundaan belum tentu menandakan bahwa seseorang itu malas.
Tim Urban, seorang blogger yang menulis berbagai macam hal berkaitan kehidupan sosial seorang, mengilustrasikan masalah procrastination dengan suatu gambaran yaitu apa yang ada didalam otak procrastinator dan non-procrastinator. Tim Urban menggambarkan di dalam otak seorang non-procrastinator ada sang pembuat keputusan rasional atau rational decision maker yaitu makhluk dalam diri kita yang membuat kita bisa melihat dan melakukan hal-hal yang hewan tidak bisa lakukan seperti meramalkan masa depan, melihat suatu gambaran dari perspektif yang luas, menyusun rencana dan melakukan hal-hal rasional seperti kewabijan kita yang kurang menyenangkan namun bersifat produktif dan bermanfaat. Tetapi didalam otak seorang procrastinatorada makhluk lain selain sang pengendali rasional, yakni monyet kepuasan instan, atau yang disebut Tim Urban dalam presentasinya di TedTalk dengan istilah “instant gratification monkey” yaitu makhluk yang membuat kita melakukan hal yang menyenangkan tanpa memikirkan konsekuensi-konsekuensi terhadap perilaku ini. Dari ilustrasi inilah yang menggambarkan bagaimana seseorang itu adalah procrastinator.
Bukannya malas, melainkan teralihkan sehingga disadari maupun tidak kita akan melakukan penundaan untuk melakukan hal lain yang kurang penting. Ada saat dimana hal rasional bisa sejalan dengan hal menyenangkan. Tetapi bagi seorang procrastinator ada saat dimana mereka terjebak dalam melakukan hal yang menyenangkan tetapi sangat tidak berguna sehingga dipenuhilah pikiran mereka dengan rasa takut dan khawatir. Untungnya tidak sepenuhnya orang akan terus menunda-nunda sebuah pekerjaan. Hal ini diilustrasikan oleh Tim Urban yang ia sebut sebagai ‘makhluk’ yang dapat menyelamatkan kita dari sebuah konsekuensi akibat penundaan. Makhluk ini disebut sebagai panic monster atau monster kepanikan.
Karena monster inilah kita terselamatkan dari suatu konsekuensi akibat penundaan. Setiap ada masalah mendekat hasil akibat penundaan, monster ini akan terbangun. Dan si monyet kepuasan instan tersebut takut dengan monster ini. Sehingga setiap kali monster ini datang, maka pergilah monyet itu dan si pembuat keputusan rasional akhirnya bisa mengendalikan seorang penunda lagi supaya ia dapat mengerjakan hal-hal kewajibannya lagi. Di sebagian besar kasus hal ini tidak menjadi banyak masalah. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk membantu penundaan agar tidak separah seperti menunggu sampai dekat dengan suatu konsekuensi. Namun, yang menjadi masalah adalah dimana konsekuensi dari penundaan itu tidak terlihat. Kecenderungan untuk lupa waktu lebih besar. Kapan konsekuensi itu sulit terlihat biasanya pada saat kita mau melakukan hal yang tidak memiliki tenggat waktu. Sejauh ini artikel ini membiciarakan bagaimana penundaan bekerja pada saat suatu pekerjaan memiliki tenggat waktu. Namun pada saat pekerjaan seseorang tidak memiliki tenggat waktu, maka munculah resiko untuk melakukan penundaan yang berkelanjutan.
Jadi, sangat jelas bahwa penundaan adalah suatu hal yang buruk dan sulit untuk dikontrol. Tetapi bukan berarti penundaan adalah suatu hal yang tidak dapat ditangani. Sebuah penundaan dengan tenggat waktu lebih mudah untuk ditangani karena ada kesadaran akan konsekuensi-konsekuensi yang akan ditanggung jika penundaan berkelanjutan. Namun, apa yang harus dilakukan bila penundaan itu tidak memiliki tenggat waktu? Ada suatu kalender yang disebut ‘kalender kehidupan’. Kalender ini berupa kotak-kotak kosong yang menandakan satu minggu setiap kotaknya, selama 70 tahun. Kita pun sudah memakai sebagian dari kotak tersebut selama kita hidup. Jadi, kalender kehidupan ini bisa menjadikan kita penanda dan pengingat akan hal-hal yang ingin kita capai sebelum waktu kita habis. Atau, kita juga bisa membuat jadwal dengan tenggat waktu yang kita buat sendiri beserta dengan konsekuensinya yang akan kita hadapi bila kita melanggar jadwal yang telah kita buat. Dan apapun itu solusi yang ada untuk membantu kita melawan godaan penundaan, akan selalu ada godaan untuk kita menunda melakukan solusi tersebut. Maka, kita juga harus memiliki keinginan yang kuat dari dalam diri kita untuk melakukan perubahan dari kebiasaan yang buruk ini.
link referensi: https://www.youtube.com/watch?v=arj7oStGLkU&t=4s
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H