Sore itu ketika Matahari mulai Tenggelam cahaya Memerah di langit Lembah Palu mulai tampak dan meredup bersama tenggelamnya Matahari.
Suasana anjungan nusantara yang berada di Pantai Talise begitu ramai demi mempersiapkan sebuah kegiatan tahunan yang selalu dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Palu dalam memperingati hari jadinya. Masyarakat Kota Palu tentunya seperti biasa dalam aktivitas ketika akan menjelang Maghrib.Â
Tanpa disangka Gempa berkekuatan 7.4 SR menggoncang Palu dan sekitarnya dan selang beberapa menit terjadi sesuatu yang mengerikan di Pantai Talise maupun disekitar perairan Teluk Palu. Gelombang Tsunami menghantam dan meluluh lantahkan sebagian kota Palu yang berada di pesisir Pantai Talise.
Masyarakat pun mulai berhamburan bertumpah ruah ke jalan demi menyelamatkan diri. Tidak sedikit dari mereka yang menjadi korban keganasan Gelombang Tsunami yang begitu dahsyat.
Saat yang bersamaan pula Balaroa, Petobo dan Sebagian Kabupaten Sigi mengalami Likuifaksi setelah terjadinya Gempa 7.4 SR. Bagaimana tidak, tanah-tanah mulai terangkat dan adapula tanah berubah menjadi lumpur sehingga bangunan-bangunan diatasnya terdesak ke bawah lumpur dan tertimbun.
Kejadian ini juga banyak menelan korban terutama untuk daerah Petobo yang menurut penuturan masyarakat telah tertimbun oleh tanah serta kejadian ini sangat aneh mereka rasakan. Ada apa dengan Lembahku Tercinta?
Kabupaten Donggala dan sebagian Mamuju tidak luput dari incaran gempa terdahsyat ini dimana sebelumnya gempa terjadi di Kabupaten Donggala kira-kira 5.0 SR Pada Sore hari yang kemudian menyusul dengan 7.4 SR.
Kejadian gempa, tsunami, dan likuifaksi  membuat ribuan masyarakat Pasigala mengungsi di tenda-tenda darurat yag telah disiapkan oleh Pemerintah. Bantuan-bantuan mulai berdatangan tetapi penjarahan disana-sini masih tetap terjadi. Beberapa alfamart, toko/supermarket bahkan Gudang yang ada di Mamboro tidak luput dari incaran para penjarah yang megambil apa saja yang ia lihat.
Di samping itu, kelangkaan BBM dan sulitnya air bersih harus dialami oleh masyarakat korban bencana. Kondisi tersebut dirasa sangat menyulitkan masyarakat sebagai penyintas bencana.
Hingga detik ini masih banyak warga masyarakat korban bencana tahun kemarin masih menghuni hunian sementara (Huntara) yang disediakan oleh Pemerintah Daerah sebab rumah yang mereka tempati masih belum layak huni, dampak gempa.Â