Mohon tunggu...
Ryan W Januardi
Ryan W Januardi Mohon Tunggu... Administrasi - Statistisi

ASN | Statistisi | Peneliti Statistik Sosial dan Kependudukan | Pembelajar dan Petualang

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Milenialisasi Pertanian, Rebranding Menuju Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

4 Mei 2019   06:18 Diperbarui: 4 Mei 2019   06:27 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Ilustrasi, Sumber: pexels.com

Fakta ini menunjukkan bahwa petani di Indonesia masih didominasi oleh generasi tua. Berdasarkan hasil survey LIPI hampir tidak ada anak petani yang ingin menjadi petani. Hanya sekitar 4 persen pemuda usia 15-35 tahun berminat menjadi petani. 

Sisanya, sebagian besar tergiring industrialisasi. Lebih rumit lagi, dari jumlah petani yang ada, sekitar 65 persen sudah berusia diatas 45 tahun. Artinya, jumlah petani yang berganti ke okupasi ke luar sektor pertanian lebih besar dibanding anak muda yang bersedia menekuni usaha pertanian. 

Generasi milenial memang tidak gemar bertani, menguras keringat dan tak banyak untung yang didapat. Makanya para petani yang mayoritas lanjut usia, tak lagi punya penerus. 

Generasi milenial lebih memilih bekerja di sektor nir-pertanian karena merasa lebih menjanjikan dari sisi upah dan kelayakan kerja. Bahkan, orang tua yang berprofesi sebagai petani pun mendambakan anaknya untuk memiliki pekerjaan yang lebih baik di luar sektor pertanian. 

Kondisi ini tentu akan berimplikasi bagi keberlanjutan sektor pertanian Indonesia. Bila hal ini dibiarkan, untuk beberapa tahun ke depan, kita betul-betul akan mengalami kelangkaan logistik (logistic scarcity). Dan pastinya, menekan sektor lain yang harus impor bahan baku dengan biaya tak menentu.

Sebetulnya, penurunan tersebut adalah sesuatu yang wajar untuk negara berkembang seperti Indonesia. Struktur ekonomi negeri ini tengah bertransformasi menuju perekonomian yang didominasi sektor industri. Tak salah jika generasi milenial tergiring industrialisasi, namun tak benar juga bila sektor pertanian sepenuhnya ditinggalkan. 

Milenialisasi Pertanian, Tak Melulu Hasilkan Petani Muda Milenial

Saat ini, dua sektor fundamental, yaitu pertanian dan industri rasanya menjadi akar perekonomian dan perlu perhatian lebih di zaman milenial ini. Karena jelas, penyerapan tenaga kerja dan pertambahan nilai ekonomi ada dalam keduanya. PDB Indonesia ditopang oleh dua sektor ini, industri di posisi pertama dan pertanian di posisi kedua. 

Akan tetapi, perlu diingat bahwa keduanya layaknya dua mata pisau yang apabila tidak dimanfaatkan dengan benar akan menjadi musibah bagi negara kita. Mengolaborasikan keduanya adalah salah satu jalan mengatasi masalah ini.

Seringkali, persepsi bertani oleh anak-anak muda diidentikkan suatu pekerjaan yang menguras keringat, mencangkul di sawah, panas di bawah terik matahari dan melelahkan. Persepsi seperti inilah yang harus didekonstruksi dan merekonstruksinya agar anak muda memiliki penilaian baru terhadap sektor pertanian. Bagi generasi milenial, pertanian tidak melulu bercocok tanam di sawah. 

Berbagai usaha pertanian mulai dikembangkan mulai dari pertanian organik hingga usaha tani non tanah seperti hidroponik dan aeroponik. Pertanian modern seperti inilah yang harus mulai diperkenalkan sebagai gaya hidup baru petani muda. Utamanya sasaran anak-anak muda di pedesaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun