Mohon tunggu...
Ryan Valiansyah
Ryan Valiansyah Mohon Tunggu... Lainnya - hai

halo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa Untag Surabaya Merangkul Komunits Sosial "Nektaz Community", Rekan Mengatasi Degradasi Mental Anak-Anak

5 Juli 2022   16:43 Diperbarui: 5 Juli 2022   17:27 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surabaya, 24 Juni 2022-- Kegiatan KKN pada suatu perguruan tinggi tentunya sangat sering terdengan maupun ramai untuk dibahas. Belum lagi ditambah dengan akhir-akhir ini yang tiba-tiba istilah KKN dapat dikatakan naik daun berkat thread yang ramai di Twitter karena cerita mistis yang berkaitan dengan kegiatan KKN di suatu desa, sehingga diadaptasi menjadi sebuah film bergenre horror yang tidak kalah meledak seperti beritanya. 

Disamping hal tersebut KKN sendiri adalah suatu kegiatan pengabdian kepada masyarakat dimana mahasiswa mengimplementasikan disiplin ilmu yang mereka tempuh selama di perguruan tinggi. Karena hal tersebut merupakan sbuah kewajiban seorang mahasiswa untuk mewujudkan Tri Dharma Pergruruan Tinggi yakni Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat.

Namun dari Kemendikbud mengadakan sebauh program bernama MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) dengan berbagai kegiatan atau program di dalamnya, salah satunya adalah Program BKP MBKM Proyek Kemanusiaan merupakan program yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa mengembangkan kegiatan kemanusiaan secara mandiri yang dibuktikan dengan penjelasan atau proposal kegiatan kemanusiaan. 

Proyek Kemanusian dapat berbentuk kegiatan sosial untuk sebuah yayasan atau organisasi kemanusiaan yang disetujui Perguruan Tinggi, baik di dalam maupun luar negeri. 

Program Kemendikbud ini memiliki beberapa mata kuliah yang dapat dikonversi yang salah satunya adalah KKN. Walaupun saat menjalankan kegiatan ini masih dalam situasi pandemi covid-19, Ryan Valiansyah, seorang mahasiswa Psikologi dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya tetap semangat untuk melaksanakan proyek kemanusiaan ini yang bertempat di Kampung 1001 Malam, Dupak, Surabaya.

Ryan dengan dosen pembibing lapangannya, bapak Drs. Herlan Pratikto, M.Si., Psikolog dan juga Nekatz Community sebagai mitra yang membantu proses berjalannya kegiatan ini, mengembangkan suatu program yang bertajuk Peningkatan Moral dan Etika Anak-Anak Dengan Pembiasaan Ucapan Terima Kasih, Maaf, dan Tolong. 

Ryan memberikan sebuah psikoedukasi berupa betapa besar dampak dari tiga kata-kata tersbut yakni terima kasih, maaf, dan tolong kepada anak-anak disana dengan rentan usia 6-9 tahun, sebagai penanaman moral yang diharapkan untuk dapat berkembang disaat dewasa kelak.

Program ini disusun dengan dasar sudah dirasakan adanya degradasi moral yang memiliki dampak begitu besar pada pertumbuhan anak-anak dari segi psikologis dan dapat emnjadi sebuah ancaman sosial kelak jika tidak ditangani sedini mungkin. 

Namun hal ini bukanlah usaha yang dapat dilaksanakn dari satu pihak saja, perlu juga dukungan dari berbagai pihak seperti lingkungan sekitar ataupun dari lingkungan dengan lingkup terkecil yakni keluarga. 

Dengan sasaran utama yakni anak-anak yang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, disamping itu program ini juga dirancang untuk disasarkan pada lingkungan keluarga serta lingkungan sosial sekitar anak-anak ini bertumbuhkembang. Selain faktor lingkungan tersebut, waktu juga menjadi tantangan terbesar. 

Karena dalam pembentukan moral dan karakter seseorang tidak dapat dilakukan selama beberapa bulan saja, namun hingga bertahun-tahun lamanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun