Bandara Juanda adalah bandara yang melayani Surabaya, ibukota dari Provinsi Jawa Timur. Bandara ini dinamakan berdasarkan Perdana Menteri Indonesia terakhir yang berjasa atas pembangunan bandara ini, Djuanda Kartawidjaja. Bandara Juanda telah melayani lebih dari 14 juta penumpang di tahun 2023 dengan sekitar 19 maskapai penerbangan yang beroperasi.
Semenjak peresmiannya di tahun 1964 oleh Presiden Soekarno, bandara yang melayani kota terbesar kedua di Indonesia ini memiliki pilihan transportasi publik yang kurang untuk menuju & dari Bandara Juanda. Walaupun terhubung dengan jalan tol Waru-Juanda, layanan DAMRI dari & menuju Terminal Purabaya (Rp 35.000,-), Terminal Mojokerto (Rp 75.000,-) dan Terminal Bunder Gresik (Rp 70.000,-); masyarakat masih membutuhkan tersedianya moda transportasi massal yang terjangkau dan dapat diandalkan untuk dari & menuju Surabaya.
Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang (Sipil), Kualanamu di Deli Serdang, Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulon Progo, Adi Soemarno di Boyolali (Militer), Minangkabau di Padang Pariaman (Sipil) dan Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang (Militer) telah memiliki kereta bandara atau LRT; serta Bandara Sultan Hasanuddin di Maros, I Gusti Ngurah Rai di Badung (Militer), Ahmad Yani di Semarang, Sultan Syarif Kasim II di Pekanbaru, Adi Sucipto di Yogyakarta (Militer) dan Adi Soemarno di Boyolali (Militer) telah terkoneksi dengan BRT yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk menuju pusat kota. Sebagai bandara tersibuk ketiga di Indonesia (setelah Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Ngurah Rai) terlihat bahwa dalam hal penyediaan moda transportasi publik masih tertinggal jauh dibandingkan dengan bandara lainnya di Indonesia bahkan bandara dengan volume penumpangnya lebih sedikit dari Bandara Juanda.
Perencanaan untuk pembangunan jalur kereta api menuju Bandara Juanda sudah lama dilakukan bersamaan dengan jalur kereta ke Yogyakarta International Airport, Bandara Adi Soemarno dan berbagai pelabuhan di Indonesia namun hingga saat ini belum ada kabar mengenai kelanjutan rencana akses kereta api menuju Bandara Juanda.
Tentunya permasalahan ini berdampak terhadap berbagai sektor salah satunya di sektor kepariwisataan. Jawa Timur dengan destinasi pariwisata seperti Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Kawah Ijen dan Air Terjun Tumpak Sewu yang sudah terkenal oleh turis lokal dan mancanegara. Banyak pelancong yang tiba melalui Bandara Juanda meninggalkan first impression yang buruk karena kurangnya pilihan transportasi publik yang tersedia. Banyak dari mereka tidak punya pilihan selain menggunakan taksi bandara yang relatif mahal.
Walaupun terdapat banyak tantangan; guna meningkatkan aksesibilitas, mobilitas, dan konektivitas masyarakat di Bandara Juanda serta menjalankan roda perekonomian di Provinsi Jawa Timur perlu diadakannya sistem transportasi publik di Bandara Juanda yang terjangkau dan memadai. Dengan menyadari urgensi dan kompleksitas permasalahan tersebut, pemerintah harus menjalankan fungsi dan tugasnya untuk menyediakan akses transportasi tersebut yang semestinya didukung oleh seluruh stakeholder.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H