Main Halus Pakai Soft Power
Di zaman dahulu, negara-negara atau kerajaan-kerajaan berusaha menunjukkan kekuatannya dengan perang dan menjajah daerah lainnya.
Saat ini dimana era yang lebih banyak menggunakan cara damai atau lebih peaceful, banyak cara menunjukkan kekuasaan tanpa menggunakan kekerasan, istilah ini dinamakan soft power.
Apa yang dimaksud soft power itu, menurut Joseph Nye, ahli dari Universitas Harvard, soft power adalah kemampuan untuk menarik dan mempersuasi orang tanpa menggunakan paksaan atau uang. Dapat kita ambil contoh seperti Negara Amerika membuat salah satu stasiun Tv bernama Alhura TV. Yang menajikan berita-berita menggunakan Bahasa Arab, Korea selatan menggunakan kekuatan Kuliner, K-POP dan drama Koreanya untuk invansi budaya, dan lain-lain.
Indonesia merupakan negara besar dengan beragam kekayaan potensi sumber daya alam yang melimpah, beragam suku bangsa dan budaya, serta kreatifitas yang ada pada sumber daya manusianya. Banyak hal yang dapat dijadikan sebagai pendorong kekuatan bangsa, salah satunya keberagaman budaya yang menjadikan ciri khas masing-masing provinsi yang ada di Indonesia.
Dalam potensi kuliner, Indonesia memiliki keberagaman dan ciri khas masing-masing daerah untuk bisa dijadikan sebagai potensi Soft Power serta kekuatan budaya bangsa. Untuk Itu, kemampuan memenangkan hati dan pikiran publik internasional dapat dengan memakai budaya diantaranya dengan kuliner. Dan Indonesia bisa jadi negara besar melalui kekayaan kuliner yang beragam yang dimilikinya.
Seperti contoh negara Thailand dengan dukungan penuh pemerintahnya melalui Global Thai Program yang mendorong pendirian restoran khas Thailand di berbagai belahan dunia hingga masakan Tom Yam jadi populer. Thailand adalah contoh pengembangan potensi yang menitikberatkan pada peran pemerintah. Model keterlibatan negara ini juga dianut oleh Taiwan dengan Dumpling Diplomacy dan Peru dengan Cocina Peruana Campaign. Langkah berbeda dilakukan oleh Vietnam yang lebih bertumpu pada jaringan diaspora Vietnam pemilik restoran khas Vietnam dan Jepang yang mengandalkan chef lulusan sekolah masakan Jepang.
Kesadaran menjadikan kuliner sebagai alat diplomasi sebenarnya sudah dimulai oleh presiden RI pertama, Ir. Soekarno yang memerintahkan dokumentasi kekayaan kuliner nusantara melalui penerbitan buku Mustika Rasa yang dirintis sejak tahun 1960. Dan kemudian usaha ini baru dijadikan potensi di era Presiden Joko Widodo yang mencanangkan empat pilar Diplomasi Indonesia yakni Diplomasi Kebudayaan, Diplomasi Olahraga, Diplomasi Film dan Diplomasi Makanan. Presiden menginginkan ada makanan Indonesia yang menjadi ikon nation brand. Dan sebenarnya kita sudah memiliki modal dengan ditetapkannya rendang sebagai makanan terenak di dunia versi CNN.
Kedepannya agar kita lebih mendukung pentingnya promosi kuliner Indonesia dengan melibatkan semua aktor yang ada, baik negara maupun non negara. Seperti Badan Ekonomi Kreatif, Kementerian Pariwisata, Kementerian Luar Negeri hingga Kementerian Perdagangan, serta dukungan seluruh rakyat Indonesia untuk mencapai Soft Power Kuliner Indonesia.Â
RyanPrak_Mahasiswa Universitas Siber Asia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H