Mohon tunggu...
Ryan Perdana
Ryan Perdana Mohon Tunggu... Administrasi - Pembaca dan Penulis

Kunjungi saya di www.ryanperdana.com dan twitter @ruaien

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengkritisi Sewotnya Bu Ani SBY di Instagram

17 Januari 2014   21:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:44 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua tiga hari ini, muncul pemberitaan di media online yang cukup menarik perhatian. Sebenarnya berita ini bukanlah berita yang benar-benar baru dan baru pertama kali terjadi. Berita tersebut adalah tentang gaya Bu Ani SBY dalam membalas komentar di media sosial berbasis foto, Instagram. Memang, Bu Ani SBY dan Instagram-nya sudah beberapa kali menyedot atensi khalayak.

Sekadar informasi, Bu Ani SBY adalah seorang penggiat dunia fotografi. Momen saat beliau menenteng kamera DSLR-nya tidak hanya sekali tertangkap kamera televisi. Seolah mendapatkan lahan yang cocok, beliau langsung membuat akun di Instagram untuk menampilkan beberapa karya fotonya. Menurut saya yang awam tentang fotografi, foto hasil jepretan Bu Ani layak untuk dipajang. Beberapa kali foto beliau menangkap pemandangan-pemandangan di sekeliling istana, daerah kunjungan Pak SBY dan momen bersama keluarga besar. Foto-foto bersama keluarga besarnya inilah yang menimbulkan beragam komentar dari follower. Mulai dari komentar positif, netral sampai komentar bernada sumbang dan usil.

Kejadian terbaru adalah saat Selasa (14/1) lalu Bu Ani mem-posting foto cucu bungsunya, Airlangga Satriadhi Yudhoyono, saat sedang bermain piano mainan. Bermacam respon muncul di sana. Berawal dari komentar @zhafirapsp yang berbunyi: “di saat rakyatnya yang sedang kebanjiran, ibu negara malah sibuk dengan akun instagramnya”, Bu Ani dengan cukup reaktif membalas: “Lho Ibu Jokowi dan Ibu Ahok ke mana ya? Koq saya yang dimarahi?”

Dari saling lempar komentar itulah akhirnya media online dan penggiat media sosial ramai-ramai ikut beropini. Pro kontra muncul. Kebanyakan menyayangkan cara Bu Ani, dalam menanggapi respon follower-nya. Ada yang menyoroti substansi komentar @zhafirapsp. Ada pula sedikit yang memuji cara Bu Ani merespon komentar followers-nya.

Tercatat sekitar empat kali kontroversi Bu Ani dan Instagramnya wira-wiri di media massa. Yang pertama adalah saat Bu Ani memajang foto cucu pertamanya, Almira Tunggadewi, ketika upacara peringatan kemerdekaan RI ke-68 di Istana Negara. Terdapat banyak komentar yang meragukan keaslian foto Aira dan menyebutnya sebagai rekayasa software penyunting foto. Bu Ani pun menanggapi: "Subhanallah, ya ampun yang motret itu saya atau sampeyan sih? Koq pada ngotot begitu?!. Kontroversi tersebut akhirnya mereda setelah terbukti bahwa foto tersebut asli diambil di Istana oleh Bu Ani, dengan dirilisnya foto hasil jepretan Roy Suryo ketika Bu Ani mengambil gambar putri Agus Harimurti tersebut.

Kejadian berikutnya adalah saat Bu Ani mem-posting foto Eddie Baskoro (Ibas) sekeluarga. Ibas memang terkenal dengan penampilannya yang selalu memakai baju berlengan panjang di setiap kesempatan. Karena kebiasaannya tersebut, muncullah pertanyaan dari @paulroul:maaf bu, apa bener alasan mas ibas pake lengan panjang terus karena ada tatto salib di lengan? no offense ya bu". Sontak, Bu Ani langsung merespon dengan: "Fitnah yang sangat keji”. Kabar tentang adanya tato di lengan Ibas saat itu cukup santer, walau sebenarnya tidak pernah terdapat bukti otentik. Akhirnya, tak berapa lama kemudian Bu Ani memajang foto Ibas sekeluarga yang menampilkan Ibas memakai baju lengan panjang yang dilipat dan di lengannya tak tampak adanya tato.

Peristiwa selanjutnya, Pak SBY dengan keluarga besarnya lakukan kunjungan ke Pantai Kelayar di kampung halaman beliau, Pacitan. Di foto, mereka semua berpakaian batik berlengan panjang. Mungkin karena semacam salah kostum, pemilik akun @erie_nya berkomentar yang pada intinya adalah aneh ke pantai kok berbaju rapi. Bu Ani pun tidak tinggal diam, dan langsung membalas: "Subhanallah, komentar anda yang sangat bodoh. Kok anda tidak berpikir bahwa kami sedang melakukan kunjungan dan mampir sebentar ke pantai itu sekalian lewat? Come on, apa tak ada komentar lain yang lebih bisa diterima siapa saja?". Kata “bodoh” itulah yang menjadi gunjingan banyak pihak. Mereka merasa Ibu Negara tak pantas menulis kata yang berkonotasi negatif. Terlebih lagi, itu kontradiktif dengan Pak SBY yang berkata: "Kalau bicara bodoh, seolah doa. Kalau kebelumcerdasan, Allah akan kasih jalan" ketika memberi sambutan di pembukaan Kongres XXI PGRI di Istora Senayan, Jakarta, pada 3 Juli 2013.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tulisan ini tidak akan menyorot teknik fotografi Bu Ani, juga bukan tentang pilihan kosakata di dalam kalimat beliau. Tulisan ini pun tidak akan membahas masalah kepantasan seorang Ibu Negara yang asyik ber-Instagram di saat beberapa wilayah dimana suaminya memimpin sedang dilanda bencana alam. Namun, tulisan ini akan membicarakan gaya komunikasi Bu Ani dalam merespon komentar followers di akun Instagram-nya.

Dari beberapa kalimat Bu Ani yang sudah tertulis di atas, dapat disimpulkan bahwa Bu Ani terlihat reaktif, ceplas-ceplos, tanpa tedheng aling-aling dan apa adanya. Tidak terlihat niat untuk memposisikan diri sebagai seorang istri orang nomor satu di sebuah negara. Tidak ada upaya untuk terlihat santun dan well-educated. Semua kalimat beliau bernuansa alami dan tidak dibuat-buat.

Menurut saya ini menarik. Apalagi jika kita bandingkan dengan sang suami yang lekat dengan istilah pencitraan. Pak SBY juga terkenal dengan sosok yang berbahasa baik dan sangat tertata. Beliau adalah sosok yang terencana dalam hal apapun dan sangat memperhatikan detail. Bu Ani jauh dari kesan itu. Bu Ani bertolak belakang dengan gaya Pak SBY. Gaya bicara Bu Ani di Instagram seperti seorang ibu rumah tangga biasa yang mencak-mencak dan sewot ketika ada tetangga yang menggunjingkannya. Bu Ani seolah tidak peduli dengan citra dirinya. Bu Ani tampil sewajarnya. Pilihan kata dan kalimatnya menggambarkan bahwa beliau adalah sosok yang egaliter.

Bandingkan dengan gaya orang penting lainnya yang serba tertata dan artifisial. Pasti mereka akan dengan hati-hati merespon komentar negatif dan tidak akan memilih kata “bodoh”, misalnya. Mereka niscaya akan memilih diam atau jika terpaksa membalas pasti akan memilih redaksional yang normatif dan disantun-santunkan. Seperti “Terima kasih atas kritikannya. Salam.

Bu Ani sangat spontan. Mungkin jika dibahasakan dengan gaya anak muda sekarang, dalam konteks tersebut Bu Ani nggak munak. Bu Ani terlihat seperti ibu-ibu kebanyakan yang terkadang sensitif dan emosional. Saya rasa itu sisi positif yang bisa diambil dari gaya putri mantan Panglima RPKAD Sarwo Edhie Wibowo tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun