Dr. Gene Valenzuela bersama timnya pergi ke wilayah Indochina untuk memecahkan misteri seorang gadis bernama Dao. Dan melihat prosedur keamanan yang mereka dapat, Gene menduga bahwa Dao ini memiliki kemampuan yang cukup membuat repot. Namun untuk menemui Dao tidaklah mudah, dari dalam rumahnya mereka disambut oleh seorang wanita yang marah!
“Mau apa kalian kemari?!”
Wanita muda itu – lebih tepatnya gadis itu bertanya dengan nada marah sekaligus curiga, di tangannya tergenggam sebilah golok. Semua kembali bersiaga.
Gene memandang Cassie dan gadis itu menggeleng.
“Dia bukan Dao,” lanjut Cassie, “Dia adiknya. Dara.”
Dara mundur selangkah ketika Gene maju dan mengulurkan tangannya, meminta gadis itu menyerahkan golok yang dipegangnya.
“Mundur!” teriaknya, “Aku tak segan menebas tanganmu dengan golok ini!”
Dari balik punggung Hassan dan McGee, penerjemah itu menjelaskan maksud kedatangan Gene dan timnya.
“Mereka datang dari jauh untuk menemui kakakmu - Dao.”
Dara memandang Gene yang mengangguk. Pandangannya beralih pada Cassie, kemudian Hassan.
“Sungguhkah?"
Gene mengangguk. Gadis itu menghela nafas.
"Baik. Entah bagaimana, aku percaya padamu.”
Ia membuang golok itu entah ke mana.
“Hanya kalian berdua yang boleh masuk,” ujarnya seraya memandang Gene dan Cassie kemudian masuk ke dalam rumah.
“Well,” Cassie mengangkat bahu dan bergumam, “Sebuah kehormatan bukan?”
“Kita masuk,” ujar Gene, “Agen Davidson, agen McGee, kalian tahu apa yang harus dilakukan.”
Kedua agen itu mengangguk mantap.
* * *
Rumah yang mereka masuki ternyata tidak sesederhana kelihatannya. Rumah itu cukup luas dengan perabotan-perabotan antik yang harganya pasti sangat mahal.
“Orangtua kami dulu kaya,” ucap Dara tiba-tiba dalam bahasa Inggris yang meski terpatah-patah namun cukup bisa dimengerti.
* * *
“Tadinya keluarga mereka kaya,” cerita penduduk desa pada Hassan dan McGee yang berusaha mencari informasi selengkap mungkin tentang gadis bernama Dao tersebut.
Berdasarkan informasi penduduk desa, awalnya Dao tidak menunjukkan keanehan apa-apa sampai ketika usianya sekitar 16 tahun.
* * *
“Saat itu kami baru pulang les bersama dua orang teman. Tiba-tiba di perjalanan ada segerombolan berandal mabuk. Awalnya mereka menggoda kami dengan kata-kata kasar dan kotor, sampai kemudian salah seorang di antara mereka mulai berbuat lebih jauh.”
Saat itu Dara membawa Gene dan Cassie ke sebuah tempat.
Sebuah kandang yang terbuat dari besi.
Di sudut kandang terlihat seorang gadis muda yang usianya kira-kira 2 tahun lebih tua dari Dara.
Gadis itu Dao. Ia terduduk di sudut kandang. Tangannya dirantai, kakinya bahkan dipasung.
Saat ini Dao terlihat tak bergerak.
“Dia sedang tidur,” bisik Dara.
Gadis itu melanjutkan ceritanya,
“Berandal-berandal itu mulai meraba tubuh kami, dan kakak menampar salah seorang dari mereka. Tapi tindakannya itu malah membuat mereka semakin kesetanan, akhirnya kami berempat diseret ke dalam hutan tanpa perlawanan berarti.”
* * *
“Entah bagaimana, kedelapan pemabuk itu ditemukan mati dengan tubuh hancur. Keempat gadis tersebut ditemukan pingsan dengan pakaian yang sudah robek, namun mereka masih selamat.”
McGee mencatat beberapa hal penting selama percakapan itu. Duapuluh tahun berdinas di kepolisian membuatnya terbiasa mencatat segala keterangan yang ia dengar.
“Satu-satunya petunjuk saat itu adalah banyaknya bulu-bulu berwarna keemasan di sekitar tempat kejadian.”
* * *
“Tidak ada yang memperhatikan apa yang terjadi dan bagaimana kejadiannya. Masing-masing dari kami hanya sebisa mungkin berjuang mempertahankan diri dari peristiwa buruk yang akan menimpa kami.”
Gene dan Cassie mendengarkan cerita Dara dengan seksama, sementara di sudut kandang Dao terlihat masih tidur. Terlihat bahwa kaki dan sebagian tangan gadis tersebut dipenuhi bulu-bulu berwarna keemasan. Wajah gadis itu memancarkan kecantikan khas wanita Indochina.
“Aku hanya ingat waktu itu sedang nanar dan merasakan darah yang mengalir dari bibirku karena tamparan keras dari salah seorang berandal yang bermaksud…”
Dara tiba-tiba menghentikan ceritanya.
“Ah dia sudah bangun…” gumamnya.
Tampak Dao membuka matanya dan terkejut melihat kedatangan dua orang asing di kandang tersebut. Ia kemudian bercakap-cakap dengan Dara.
“Ia menanyakan siapa kalian dan apa maksud kedatangan kalian,” Dara menoleh pada Gene dan Cassie.
Gene tersenyum.
“Jika diizinkan, aku ingin kita bisa langsung bercakap-cakap,” ujarnya seraya mengulurkan tangannya pada Cassie.
“Nona Graham, tolong fokuskan pikiranmu pada keinginan untuk bisa mengerti apa yang Nona Dao dan Nona Dara katakan.”
Cassie mengangguk dan memegang tangan Gene.
“Nona Dara, sekarang tolong katakan pada kakakmu untuk memegang tanganku yang satunya dan fokuskan pikirannya pada keinginan untuk bisa memahami apa yang kami ucapkan,” sambung Gene pada Dara.
Mendengar permintaan Gene yang disampaikan Dara, Dao tampak ragu dan memandang adiknya tersebut.
“Percayalah,” Gene meyakinkan. Ia masih mengulurkan tangannya.
Perlahan Dao mengulurkan tangannya. Ia masih ragu.
“Tak apa-apa,” mendadak Cassie berbicara dengan bahasa mereka.
Dara dan Dao saling pandang.
“Kau bisa percaya pada kami, terlebih pada Dr. Gene,” sambung Cassie.
Dao mengulurkan tangannya, memegang tangan Gene.
Beberapa saat kemudian ia membuka mulutnya,
“Siapa kalian? Mau apa kalian kemari?”
(Bersambung)
Serial X-Gene :
Cast :
- Dr. Gene Valenzuela (Robert Carlyle)
- Hassan Leynard Davidson (Omar Barkan Al Gala)
- Cassie Graham (Jennifer Lawrence)
- Jordan McGee (Taye Diggs)
Sumber gambar : kolase dari berbagai sumber
Tulisan ini masuk kategori “Fiksi” dan dipublish pertamakali di www.ryanmintaraga.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H