[caption id="" align="aligncenter" width="528" caption="Cosplay! (sumber foto : clashcosplay.com)"][/caption]
“Mas Ryan, nanti aku ke tempat Mas ya mau ngasih materi kerjaan,” begitu pesan yang saya terima via BlackBerry Messenger beberapa hari lalu.
Singkat cerita, saya akhirnya bertemu klien tersebut dan merasa tertarik ketika menerima materi pekerjaan berupa logo-logo sponsor diantaranya WakuWaku Japan dan Animax. Ketertarikan saya semakin bertambah ketika klien tersebut menyerahkan sejumlah foto.
“Ini foto finalisnya,” katanya.
Akhirnya saya tahu acara apa yang bakal saya garap, Grand Final CLAS:H yang rencananya akan dilangsungkan di Balai Kartini Jakarta, 21 Juni 2014.
“Oh, CLAS:H itu kan lomba cosplay ya?” saya menegaskan.
Dan klien saya mengiyakan.
Pengaruh Budaya Pop Jepang
Harus diakui, Jepang sudah cukup berhasil menularkan budaya popnya di Indonesia melalui game, manga, dan anime. Melalui game, kita sudah melihat dominasi Jepang mulai dari mesin arcade yang kerap disebut ding dong sampai konsol game yang sudah masuk generasi ke-8 dengan PS4, Wii U, dan XBOX One. Melalui game, kita diperkenalkan dengan tokoh-tokoh seperti Sonic The Hedgehog, Donkey Kong, Jill Valentine, Pac Man, Ryu, Solid Snake, Mario, dll. Melalui manga dan anime, mungkin kita masih ingat dengan Hello Kitty, Chinmi, Doraemon, Astro Boy, Satria Baja Hitam, Rurouni Kenshin (Samurai X), atau yang paling gres Naruto dan Bleach. Oh, mungkin tokusatsu juga perlu ditambahkan... Saya sendiri pernah mengunjungi pameran budaya pop Jepang yang belum lama diadakan di Galeri Nasional. Sayang, mungkin karena penyelenggaranya adalah Pusat Kebudayaan Jepang yang notabene tidak bersifat komersil, acara ini bisa dikatakan sepi pengunjung. Kembali ke topik. Budaya pop yang masuk lewat game, manga, dan anime pada akhirnya melahirkan fenomena yang disebut dengan cosplay. Cosplay yang merupakan gabungan dari kata “costume” dan “play” diartikan sebagai :
"Hobi mengenakan pakaian beserta aksesori dan rias wajah seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam anime, manga, tokusatsu, permainan video, serta penyanyi dan musisi idola (http://id.wikipedia.org/wiki/Cosplay)."
Event cosplay sendiri setahu saya sudah cukup lama ada di Indonesia – khususnya di Jakarta sekitar tahun 2000-an. Di era tersebut salah satu mall di Jakarta Barat lumayan sering menjadi tempat penyelenggaraan cosplay yang waktu itu biasanya masih jadi acara ikutan dalam peluncuran game-game online. Tapi lomba cosplay yang berdiri sendiri? Hm… rasanya baru kali ini saya tahu. Uniknya lagi, ketika saya mengunjungi official website-nya, CLAS:H sudah diadakan sejak tahun 2011 di beberapa kota, dan sejauh ini Grand Finalnya masih diselenggarakan di tempat yang sama. Bahkan konon acara ini melibatkan juri internasional. Luar biasa! Jujur saya sendiri memang belum pernah mengunjungi event cosplay semacam ini, malu sama umur dan takut mata nggak bisa berhenti jelalatan ngeliat karakter-karakter game, manga, tokusatsu, dan anime berseliweran di hadapan saya hehehe... Tapi rasanya untuk tahun ini bolehlah event ini saya kunjungi. Selain melihat hasil kerja saya, feeling saya bilang pasti di acara ini ada juga penjualan merchandise yang berhubungan dengan game, manga, dan anime. Sekadar informasi, putri pertama saya sedang tergila-gila pada anime Pretty Rhythm dan Card Fight Vanguard yang ditayangkan di salah satu saluran televisi berbayar. Siapa tahu di event CLAS:H nanti ada merchandise yang berhubungan dengan kedua anime tersebut, atau malah ada cosplayer yang bergaya seperti tokoh-tokohnya. Sayang, tiket masuknya dibandrol seharga Rp 30.000,- tapi klien saya sudah janji bahwa saya bisa masuk gratis hehehe… Yah tinggal tunggu saja, jika saya datang ke acara ini pasti akan saya tuliskan reportasenya di Kompasiana. Referensi : Official Website CLAS:H Tulisan ini masuk kategori “Selfish” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini
