Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Tips Ketika Terjadi Pemadaman Listrik

15 Januari 2014   07:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:49 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_290153" align="aligncenter" width="576" caption="Pemandangan dalam rumah ketika mati listrik (dok. pribadi)"][/caption] Hujan tanpa henti yang mengguyur Jakarta sejak Sabtu sore hingga Senin dini hari mengakibatkan banjir di sebagian wilayah ibukota dengan ketinggian yang bervariasi antara 20-200 cm.  Kebetulan daerah tempat saya tinggal termasuk kawasan langganan banjir, akibatnya sejak Senin dini hari sampai hari Selasa pagi, banjir masih menggenang. Dan meski tinggal di tempat yang tinggi sehingga selama bertahun-tahun tidak terkena banjir, saya terkena dampak ikutan berupa padamnya aliran listrik PLN. Lamanya pemadaman ini sangat tergantung dari ketinggian air karena gardu pensuplai listrik ada di titik terbawah kawasan yang terendam banjir!  Dan sepanjang pengalaman 8 tahun tinggal di daerah ini, tahun 2013 adalah tahun terparah dimana waktu itu listrik padam selama 6 hari.  Alhamdulillahnya, saya bersyukur masih diberi kemampuan untuk memiliki genset sehingga masih bisa beraktivitas - meski terbatas.  Begitu juga dengan tahun ini. Lewat posting ini saya mencoba berbagi informasi peralatan dan langkah yang dilakukan ketika terjadi pemadaman listrik.  Siap?

  1. Sedia genset [caption id="attachment_290151" align="alignleft" width="256" caption="genset, bensin, dan oli"]
    13897459831894196030
    13897459831894196030
    [/caption] Saat ini tersedia beragam pilihan genset, sila dipilih sesuai kebutuhan dan dana yang ada.  Sekadar info, genset yang saya punya bermerek YAMAHA yang memiliki daya keluaran maksimum 950 watt dan mengkonsumsi bensin campur.  Genset ini -waktu itu- saya beli dengan harga sekitar 2 juta rupiah (masih ada tipe lain di bawahnya dengan keluaran maksimum 650 watt). Saran saya pribadi, gunakan genset untuk mensuplai listrik paling banyak 80% dari daya keluaran maksimumnya.  Saya sendiri menyalakan genset sekadar untuk menyalakan lampu-lampu rumah dan dispenser (sebentar saja) untuk menyiapkan air panas yang kemudian disimpan dalam termos (saya punya bayi yang minum sufor). Jadwal penggunaan genset versi saya adalah pagi hari (untuk penerangan lampu kamar mandi, dispenser air panas, dan rice cooker).  Setelah rapi semua, genset dimatikan dan dinyalakan kembali sekitar jam 6 sore sampai jam 10 malam.  Oya, jangan lupa untuk men-charge berbagai peralatan.
  2. Emergency Light Saat genset dimatikan, saat itulah tugas emergency light dimulai, menerangi ruangan sepanjang sisa malam.  Karena itu pilih emergency light yang mampu menyala setidaknya sekitar 5 jam. Saya sendiri memiliki dua emergency light, satu yang mampu menyala 6 jam non-stop untuk di kamar.  Sementara yang satu lagi untuk kebutuhan mobilitas dalam gelap seperti misalnya ketika harus ke kamar mandi, khusus untuk yang ini hanya menyala ketika diperlukan.  Jangan lupa untuk men-charge emergency light ketika genset hidup.
  3. Lilin dan Korek Ini alat penerangan tradisional yang sama sekali tidak boleh ketinggalan.  Lilin biasanya saya gunakan ketika emergency light sudah mati, biasanya sekitar jam 3.30 dini hari.  Luar biasanya, kali ini saya mendapat lilin yang mampu bertahan hampir 4 jam.

Adapun yang perlu dilakukan ketika terjadi pemadaman listrik pada dasarnya adalah mengurangi mobilitas yang tidak perlu sehingga kita bisa menghemat penggunaan alat bantu penerangan (senter, lilin, dsb).  Biasanya ketika terjadi pemadaman listrik, saya melakukan hal-hal sbb :

  1. Menempatkan barang-barang yang diperlukan di satu titik [caption id="attachment_290152" align="alignleft" width="256" caption="lilin & korek jangan dipisahkan"]
    1389746075774493094
    1389746075774493094
    [/caption] Buat saya - kunci rumah, kunci motor, kunci mobil, dompet, ponsel, dsb merupakan barang yang diperlukan sehingga saya menempatkannya di satu titik ketika lampu padam.  Sementara buat istri saya, termos air panas, air putih, susu, dan botolnya untuk kebutuhan si bayi merupakan barang penting sehingga perlu ditempatkan di satu titik.  Jangan lupa, lilin dan korek juga merupakan benda yang tidak boleh dipisahkan.  Pemusatan di satu titik ini berguna agar kita mudah menemukan barang-barang tersebut dalam gelap ketika dibutuhkan.
  2. Meletakkan alat bantu penerangan di dekat kita ketika tidur Ketika tiba waktu tidur, saya biasa meletakkan senter atau powerbank yang bisa jadi senter di samping saya.  Jadi ketika emergency light atau lilin sudah habis, saya tidak perlu grabak-grubuk meraba-raba dalam gelap untuk menyalakan lilin.  Saya tinggal meraba ke samping mencari senter dan "klik!" gelap pun sirna.
  3. Mengaktifkan perangkat komunikasi bergantian Ya, kita tidak tahu sampai berapa lama kondisi mati listrik berlangsung, karena itu biasanya saya mengaktifkan perangkat komunikasi secara bergantian.  Yang satu aktif, lainnya dimatikan.  Ketika yang satu sudah mati, giliran perangkat kedua yang diaktifkan, begitu seterusnya.  Jadi komunikasi masih bisa tetap berjalan.

Itulah sekadar tips bertahan ketika listrik padam, semoga bermanfaat.  Mungkin Kompasianer mau menambahkan? Tulisan ini masuk kategori "Tips" dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun