Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Sulit Membuat Sebuah Karya Fiksi? Cobalah Berlatih dengan Cara Ini...

15 Juli 2014   10:15 Diperbarui: 4 Oktober 2016   14:55 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: pixabay.com

Masih berminat menulis sebuah karya fiksi?  Masih kesulitan menulis sebuah karya fiksi?

Menulis sebuah karya fiksi pada dasarnya tak berbeda dengan menulis sebuah artikel non-fiksi, "tidak mudah tapi bukannya tidak mungkin".  Dan setelah membaca tulisan Kompasianer Kristal Pancarwengi yang mengibaratkan menulis fiksi sama sulitnya seperti memindahkan gunung, saya merasa tertarik untuk ikut berbagi masukan soal ini.

Tantangan menulis karya fiksi - utamanya cerpen atau cerbung adalah bagaimana caranya supaya pembaca bisa ‘terseret’ masuk dalam cerita yang kita tulis. Karena bukan penulis profesional, mohon maaf sampai saat ini saya masih buta dengan kaidah-kaidah yang benar dalam dunia kepenulisan. Yang akan saya bagikan di sini adalah bagaimana latihan yang bisa kita lakukan untuk mulai mengasah kemampuan menulis fiksi.

Siap?

Ini yang Saya Lakukan

Semasa remaja, rata-rata satu bulan sekali saya bisa ke bioskop untuk nonton film dengan tiket waktu itu seharga Rp 250,- yang jika di kurs sekarang mungkin sekitar Rp 5.000,-  Sila dibayangkan seperti apa kualitas bioskop dengan HTM semurah itu.

Tapi bukan itu intinya.

Usai menonton, saya segera mengambil kertas dan bolpoin - jika kebetulan filmnya bagus.

Untuk apa?  Untuk memindahkan film yang saya tonton tadi menjadi sebuah cerita.

"Saya menggunakan ingatan saya untuk menuliskan adegan dan dialog dalam film yang barusan saya tonton - selengkap mungkin, bahkan termasuk efek suara yang ada dalam film."

Sesederhana itu.  Memindahkan apa yang kita lihat menjadi sebuah tulisan.

Jika bisa dianggap latihan, maka latihan ini sebenarnya sangat mudah dilakukan karena dalam film semua unsurnya (adegan, dialog, setting, dsb) sudah jadi.  Yang perlu kita lakukan ‘hanyalah’ mengubah apa yang kita lihat menjadi deretan huruf.

Sebagai contoh, saya akan memindahkan satu scene yang paling saya suka dalam film “Ada Apa Dengan Cinta” menjadi sebuah tulisan (videonya ada di bagian paling bawah dari artikel ini).

Sila disimak:

=====================

“Selamat malam,” terdengar suara sang penyanyi café, “Seharusnya tadi merupakan penampilan terakhir saya sebelum break.  Tapi berhubung ada someone special dari saudara saya Rangga yang bernama Cinta dan baru sekali ke sini...”

Cinta terkejut, menoleh pada Rangga yang senyum-senyum, dan mencubitnya.

Apa maksudnya ini?

“Dia katanya pengen nyanyi di sini,” lanjut sang penyanyi - masih di panggung, “Ayo dong tepuk tangan buat dia.”

Cinta makin salah tingkah sementara terdengar tepuk tangan dari para pengunjung café.

Awas kamu, Rangga.

Dengan kikuk dan malu-malu Cinta maju ke panggung.

“Mmm... sebenarnya saya nggak bisa nyanyi, cuma suka aja,” ujar Cinta diikuti pandangan Rangga.

Cinta melanjutkan kalimatnya,

“Saya nggak tau mau nyanyi apa, jadi... yang lain aja ya?”

Gadis itu menghampiri sang penyanyi café yang duduk di belakangnya, kemudian tampak mereka berbisik-bisik.  Tak berapa lama terlihat mereka sudah mencapai kata sepakat.

Sang penyanyi mengambil gitarnya dan memainkan sebait nada, sementara Cinta sendiri memejamkan mata dan menarik nafas.

* * *

Wajah itu memandang kosong ke depan.

Alia.

Saat itu ia berada di dalam kamar mandi.  Dengan pelan tangannya memutar keran shower.

* * *

Rangga masih menatap Cinta.

“Sepi dan sendiri aku benci.  Ingin bingar aku ke pasar...”

Gadis berbaju putih itu saat ini sedang larut dalam baris puisi yang dibawakannya.

* * *

”Alia!  Alia!”

Pintu kamar mandi digedor dengan keras dan dari luar pintu terdengar suara menggelegar seorang pria paruh baya, namun Alia tak peduli.  Saat ini terduduk di lantai kamar mandi dengan air shower membasahi seluruh tubuh dan pakaiannya.

PRANGGG!

Gedoran keras itu membuat cermin di pintu kamar mandi terjatuh dan pecah menjadi beberapa kepingan tajam.

“Alia!”

* * *

Cinta memejamkan mata menghayati setiap kalimat dalam puisi yang dibawakannya sementara mata Rangga tak lepas memandangnya.

"♬Bosan aku dengan penat... ♬” gadis itu kini bersenandung.

* * *

Air shower masih mengalir dan membasahi lantai kamar mandi yang sekarang berwarna kemerahan.

Darah!

=====================

Ya kira-kira seperti itu latihan yang bisa Kompasianer lakukan untuk memulai menulis sebuah karya fiksi. Latihan ini berikutnya akan menantang Kompasianer untuk menambah perbendaharaan kata karena kita tidak mungkin akan selamanya menggunakan frasa “kaget” di sebuah tulisan, pasti terkadang akan menggunakan frasa “terperanjat”, “terkejut”, “ternganga”, dll.

Dengan rutin melakukan latihan seperti itu, lama-kelamaan kita akan terbiasa membangun sebuah adegan dalam tulisan fiksi.  Dan jika melupakan latihan ini, butuh waktu untuk membangkitkannya kembali, saya sudah mengalaminya.

Tidak percaya?  Coba saja hehehe...

Semoga tulisan saya kali ini bermanfaat, selamat mencoba!  Dan inilah video yang adegannya saya pindah menjadi sebuah tulisan...

Tulisan ini masuk kategori “Tips” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun