[caption caption="Sampah plastik merupakan masalah dunia (sumber: kismetgirls)"][/caption]Beberapa hari lalu saya share berita mengenai peluncuran penerapan kantong plastik berbayar yang diresmikan Presiden Joko Widodo saat Car Free Day di Bundaran Hotel Indonesia, 21 Februari 2016. Dengan program tersebut, mulai saat ini setiap kita berbelanja dan menggunakan kantong plastik yang diberi peritel, kita akan dikenakan pembayaran Rp 200,- per kantong plastik.
"Pak Jokowi yang melaunching uji coba kantong plastik berbayar dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional 2016," ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mande seperti dikutip dari Liputan6.com.
Para pelaku usaha ritel, kata Roy, sangat mendukung langkah ini. Adapun tujuannya adalah untuk mengurangi limbah kantong plastik dan bukan untuk membebani masyarakat.
"Kenapa Rp 200? Biar terjangkau dulu lah. Masyarakat tidak terasa dengan harga ini dan bisa diterima semua kalangan lapisan masyarakat," pungkasnya.
Dan uji coba tersebut sudah langsung dilaksanakan. Hari Senin kemarin (22 Februari), istri saya bercerita dia dikenai Rp 200,- saat berbelanja di sebuah toko waralaba. Masih di hari yang sama, giliran teman saya yang bercerita pengenaan Rp 200,- per kantong plastik tersebut di toko waralaba juga.
Indonesia & Sampah Plastik
Pada dasarnya saya sangat setuju tindakan pemerintah yang berupaya mengurangi limbah kantong plastik. National Geographic menyebutkan bahwa China merupakan negara teratas penghasil sampah - utamanya sampah plastik - sementara Amerika Serikat menduduki posisi 20. Beberapa negara lain yang termasuk penghasil sampah di antaranya Turki, Brazil, 5 negara Afrika, serta 11 negara Asia.
[caption caption="data negara penghasil sampah terbanyak di dunia, Indonesia ada di urutan kedua! (earthisland.org)"]
Pertanyaan saya cuma satu, "Kenapa jadi konsumen yang dibebani?"
Kenapa Jadi Tanggung Jawab Konsumen?
Di bayangan saya, maaf jika salah, penyediaan kantong merupakan bagian dari service yang diberikan peritel kepada konsumen yang berbelanja di tempatnya. Kantong merupakan compliment pihak toko kepada konsumen.Â
Di bayangan saya, kantong bukanlah hak konsumen melainkan kewajiban pihak toko. Cateet.
Karena itu, rasanya tidak masuk akal ketika sebuah compliment, service, dan kewajiban tersebut diuangkan, dijadikan lahan baru untuk mencari keuntungan.