Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Putri Saya dan Hemangioma-nya

7 Januari 2015   18:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:37 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_345282" align="aligncenter" width="600" caption="Perhatikan di bibir bagian bawah putri saya, ada benjolan yang dinamakan Hemangioma. Foto diambil kira-kira setahun lalu saat ia berusia 9 bulan (sumber foto : dokpri menggunakan Sony Ericsson XPeria Ray)"][/caption]

Sewaktu si bungsu (yang sering saya panggil ‘Kirei’ atau ‘Rain’) usianya masih hitungan bulan, kami sebagai orangtuanya cukup sering menghadapi pertanyaan semacam ini :

“Anaknya jatuh ya?”

“Kenapa tuh?  Sariawan?”

“Bibirnya luka?”

Kami mendapati pertanyaan tersebut karena tepat di bibir putri kami ada benjolan kecil berwarna merah.  Walau dibilang kecil, sesungguhnya benjolan tersebut cukup terlihat, apalagi dari jarak dekat.

Informasi yang saya dapat menyebutkan bahwa kondisi yang dialami putri saya ini dinamakan “Hemangioma”.

Awal Mulanya

Benjolan itu mulanya berupa titik merah kecil yang muncul tepat di hari ke-45.  Saya melihat titik itu sewaktu menggendongnya sementara istri saya sedang menyiapkan keperluan mandi si baby.

Kenapa ini? Batin saya.

Tadinya saya merasa tak perlu khawatir terhadap titik tersebut.  Namun titik tersebut makin lama makin besar dan melebar hingga kami berdua cemas.  Kami konsultasikan hal ini ke bidan yang waktu itu menangani kelahirannya.

“Mungkin sariawan,” ujar sang bidan sambil memberi obat yang diteteskan ke luka.

Karena titik tersebut tak hilang malahan semakin besar, kami kembali cemas.  Lagipula jika memang sariawan, pada saat diberi obat seharusnya si bungsu bereaksi, tapi ini tidak.  Bahkan saat titik merah itu disentuh, ia sama sekali tak bereaksi.

“Berarti titik merah ini bukan luka, buktinya dipegang aja dia nggak apa-apa,” kata saya pada istri.

Akhirnya sewaktu jadwal imunisasi, kami putuskan untuk diimunisasi di dokter spesialis anak langganan kami sekalian konsultasi masalah titik yang sekarang sudah mulai jadi benjolan itu.  Ketika melihatnya, dokternya tidak mengatakan apa-apa.

Beliau hanya mengatakan,

“Kalo misalnya benjolan ini dipegang trus dia sakit atau kalo sampe mengganggu aktivitasnya (makan, dsb), saya rekomendasikan bapak sama ibu menemui rekan saya…,” sambil menulis nama seorang dokter yang sayangnya saya sudah lupa.

“Kalo sudah sampe kondisi seperti itu memang harus dioperasi,” beliau melanjutkan, “Tapi nunggu dia agak besar.”

Hemangioma Bisa Hilang?

Penjelasan dokter tersebut membuat hati kami lega bukan main.  Artinya sampai saat itu tidak ada hal serius yang perlu dikhawatirkan.  Namun begitu, saya penasaran dan sebanyak mungkin mengumpulkan informasi seputar Hemangioma.

“Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak yang sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak berusia kurang dari 1 satu tahun (5-10%).  Biasanya Hemangioma sudah nampak sejak bayi dilahirkan (30%) atau muncul setelah beberapa minggu setelah kelahiran (70%).  Hemangioma muncul di setiap tempat pada permukaan tubuh, seperti : kepala, leher, muka, kaki atau dada.  Umumnya hemangioma tidak membahayakan karena sebagian besar kasus hemangioma dapat hilang setelah kelahiran.” (wikipedia)

Definisi serupa juga saya temukan di banyak laman, karena itu saya menjadi semakin tenang.  Namun kami berdua terkadang merasa tertekan karena ada saja yang ‘menakut-nakuti’ dengan mengatakan bahwa,

“Wah, bakalan sampe gede tuh, nggak ilang-ilang.”

“Cantik-cantik kok bibirnya gitu?”

“Siap-siap aja ntar jadi bahan ejekan.”

Hati orangtua mana yang nggak perih anaknya dikata-katain seperti itu.  Istri saya dulu sampai nangis ketika memandang wajah Rain yang sedang tidur dengan benjolan di bibirnya itu.  Dan meski saya mencoba tenang karena kebanyakan informasi mengatakan bahwa hemangioma bisa hilang dengan sendirinya lagipula dokternya tidak mengatakan hal-hal yang mencemaskan, tak urung saya ikut kepikiran juga.

Eyangnya (ayah saya) waktu pertama melihat Rain sempat terkejut dan menanyakan kenapa bibir cucunya seperti itu.  Setelah kami jelaskan, beliau hanya mengangguk kemudian memberikan saran agar setiap pagi benjolan itu diolesi air liur ibunya.

“Soalnya kamu dulu juga gitu,” ujar beliau sambil menunjuk saya, “Di dahi kamu waktu bayi dulu ada benjolan seperti tanduk.”

Oh really? Kata saya dalam hati.  Pantesan kok kalo saya meraba dahi seperti ada bekas tonjolan.

Kembali ke topik.

Pada akhirnya kami sebagai orangtua memutuskan untuk mempersiapkan mental Rain saja jika toh akhirnya benjolan merah itu tak hilang sampai kelak dia dewasa.  Fakta bahwa benjolan itu tidak berbahaya secara medis saja sudah cukup melegakan, tinggal memang dari sisi penampilan saja.

“Reina, kamu cantik.  Tapi begitu buka mulut kok awawawa,” kata salah seorang kerabat sambil memperagakan mimik yang menurutnya lucu karena menertawakan kondisi Rain.

Rasanya saya pengen nonjok dia.

Semakin Melegakan

Alhamdulilah menginjak usianya satu tahun, kami melihat adanya harapan.  Benjolan yang tadinya berwarna merah itu perlahan mulai samar dan mendekati warna kulit sekitarnya (bibir).  Semakin lama semakin samar.

Sekarang, benjolan itu memang belum sepenuhnya mengecil, akan tetapi sudah tidak begitu jelas terlihat lagi seperti dulu.  Kami berdua juga sudah terbiasa menghadapi pertanyaan seperti di awal tulisan sehingga bisa menjawab dengan tenang,

“Oh, ini pembuluh darah,” jawab istri saya tenang.

"Tanda dong?" lanjut si penanya.

"Katanya sih bisa ilang," balas istri saya.

Dan melihat foto-foto Hemangioma yang bertebaran di internet, kami berdua sangat bersyukur bahwa kondisi Rain masih jauh lebih baik.

[caption id="attachment_345286" align="aligncenter" width="600" caption="Foto yang diambil beberapa bulan lalu (sumber foto : dokpri menggunakan Sony Ericsson XPeria Ray)"]

14206052491254547226
14206052491254547226
[/caption]

Maaf ya, tulisan saya hari ini selfish banget, semoga ada hikmah yang bisa diambil.  Selamat siang!

Tautan Luar & Referensi :


  1. http://id.wikipedia.org/wiki/Hemangioma
  2. http://ffarmasi.unand.ac.id/berita/abam/1066-hemangioma-tumor-jinak-pembuluh-darah-muslim-suardi
  3. http://medlinux.blogspot.com/2009/02/hemangioma.html
  4. http://mommiesdaily.com/2014/06/18/nrpichemangioma-pada-bayi-baru-lahir/2/
  5. http://informasitips.com/hemangioma
  6. http://www.medicinenet.com/image-collection/hemangioma_1_picture/picture.htm
  7. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hemangioma/basics/definition/con-20028587


Tulisan ini masuk kategori “Selfish” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun