Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pak Gubernur, Banjir Tahun Ini Lebih Parah dari Tahun Lalu

24 Januari 2014   12:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:31 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1390573849130948875

[caption id="attachment_291824" align="aligncenter" width="576" caption="Jokowi naik gerobak meninjau banjir, foto diambil di Bundaran HI, Jakarta (sumber foto : merdeka.com)"][/caption] Foto di atas diambil pada tanggal 17 Januari 2013 atau kira-kira setahun lalu.  Terlihat dalam foto tersebut Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau yang lebih akrab disapa Jokowi sedang meninjau banjir menggunakan gerobak.   Saya sendiri melihatnya melalui siaran langsung di TV One. Siapapun yang melihat apa yang dilakukan Jokowi saat itu akan menaruh harapan besar pada sosok bertubuh kurus tersebut.  Harapan bahwa di tahun berikutnya salah satu "penyakit" Jakarta yaitu banjir akan teratasi. Tepat satu tahun kemudian… Jakarta kembali dilanda banjir yang bahkan bisa dibilang lebih parah dibanding tahun lalu, setidaknya di daerah sekitar tempat tinggal saya.  Jika banjir tahun 2013 "hanya" berlangsung selama 4-5 hari, maka banjir tahun ini sudah berlangsung selama 11 hari sampai saat posting ini ditulis. Banjir di daerah saya ini berdampak pada diputusnya aliran listrik oleh PLN demi keselamatan.  Dan jika tahun lalu pemadaman berlangsung selama 6 hari, maka tahun ini semenjak tanggal 13 Januari 2014 sampai sekarang sudah berlangsung selama 8 hari (tanggal 13, 14, 18, 19, 20, 22, 23, dan 24). Entah sampai kapan banjir dan pemadaman ini berlangsung. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mendiskreditkan atau menyerang Gubernur DKI yang saya yakin sudah berupaya mencegah datangnya banjir.  Hanya saja kita semua mesti mengakui bahwa banjir tahun ini lebih parah dibanding tahun lalu.  Runtuh sudah mitos "banjir lima tahunan" yang selama ini kadung dipercaya banyak orang, yang ada sekarang, "cukup hujan tiga hari non-stop untuk mendatangkan banjir". [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Banjir di sekitar Gudang Peluru, Jakarta 24 Januari 2014 (sumber foto : twitter @TMCPoldaMetro)"][/caption]

Kita Dipermainkan?

Jika saya perhatikan karakter banjir tahun ini berbeda dibanding biasanya.  Banjir tahun ini seolah "mempermainkan" kita.  Pagi ini banjir setinggi lutut, sore surut hingga semata kaki, dini hari mendadak naik hingga sedada, paginya selutut lagi, begitu seterusnya, banjir - surut - banjir lagi - surut lagi.  Para pengungsi jadi tampak kehilangan harapan karena sudah berkali-kali "dikecoh" oleh ketinggian air.  Mereka menyangka banjir sudah surut sehingga mulai menata kembali rumahnya, tapi dalam hitungan jam mereka sudah harus kembali mengungsi akibat serangan banjir.  Saat ini kalimat semacam "Siaga I", "Banjir kiriman", dan "Ciliwung naik" terdengar sangat menakutkan bagi mereka. Salah satu stasiun televisi (yang setahu saya tidak tidak berafiliasi dengan capres manapun) bahkan sempat menempatkan OB Van-nya untuk siaran langsung banjir di daerah saya - sesuatu yang belum pernah terjadi sebelum-sebelumnya.  Jika menggunakan motto, "Bad news is a good news" bisa ditarik kesimpulan bahwa banjir tahun ini memang parah. Ironisnya, kondisi ini malah dimanfaatkan sebagian orang sebagai panggung menumpahkan hujatan, celaan, caci-maki, serta saling menyalahkan.  Kontras sekali dengan aksi masyarakat "kelas bawah" yang dalam kondisi ini justeru saling menolong semampu mereka, sama halnya dengan para dermawan yang memberikan bantuan dan sumbangan tanpa harus menempelkan foto diri yang sedang tersenyum. Dan sebuah harapan yang sama kembali terucap :

"Semoga tahun depan Jakarta nggak kebanjiran lagi"

Tulisan ini masuk kategori “Serba-Serbi” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun