Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Nostalgia Masa 80-90-an...

27 Februari 2014   02:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:26 2501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Street Fighter II, salah satu game legendaris tahun 90-an (sumber gambar : wikipedia.org)

[caption id="" align="aligncenter" width="384" caption="Street Fighter II, salah satu game legendaris tahun 90-an (sumber gambar : wikipedia.org)"][/caption] Kali ini saya mengajak Kompasianer yang setidaknya segenerasi dengan saya (generasi yang baru bisa mikir dan tumbuh di tahun 80-an) untuk sedikit berbagi kenangan tentang masa-masa tersebut (tahun 80-an s.d 90-an). Apa?  Saya sudah tua? Ya, memang. Toh suatu saat nanti akan datang masanya dimana generasi saat ini (generasi Facebook dan K-Pop) untuk mengenang hal-hal semacam ini hehehe… Dan inilah kenangan-kenangan saya, hal-hal yang entah masih bisa saya temui atau tidak sbb :

Cersil (Cerita Silat)

[caption id="" align="aligncenter" width="245" caption="Sumber : http://www.ceritasilatkhopinghoo.com)"]

Ilustrasi (sumber : ceritasilatkhopinghoo.com)
Ilustrasi (sumber : ceritasilatkhopinghoo.com)
[/caption] Masa SMP adalah saat dimana saya tergila-gila pada cersil (cerita silat), terutama karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo.  Ada dua kisah yang saya ikuti yaitu yang pertama kisah Bu Kek Siansu yang terus berlanjut sampai ke Suling Naga, dan yang kedua kisah Pedang Kayu Harum yang terus berlanjut sampai ke Pendekar Mata Keranjang. Cersil ini berukuran kecil kira-kira setelapak tangan, hurufnya juga kecil-kecil.  Hebatnya lagi, satu judul cerita bisa terdiri dari 30-an jilid. Dan mata minus saya sedikit banyaknya dikontribusi dari cersil ini :)

Davos

[caption id="" align="aligncenter" width="292" caption="sumber : http://yiskandar.files.wordpress.com/"]

sumber : http://yiskandar.files.wordpress.com/
sumber : http://yiskandar.files.wordpress.com/
[/caption] Permen ini pernah menemani hari-hari saya saat berjalan kaki sepulang sekolah (SMEA).  Saya biasa merasakan sensasi pedas semriwing permen ini sambil mencoba menikmati suasana Tegal yang panas (maklum saya hidup dalam kondisi kekurangan di masa itu, jadi uang jajan cuma cukup buat satu kali naik angkot). Konon katanya sampai sekarang permen Davos ini masih ada, tapi saya tidak menemukannya waktu pulang kampung.

Oshin

[caption id="" align="aligncenter" width="225" caption="Sumber : http://doktoraji.files.wordpress.com"]

Sumber : http://doktoraji.files.wordpress.com
Sumber : http://doktoraji.files.wordpress.com
[/caption] Ada yang tidak tahu dorama ini? Ya, Oshin adalah serial drama dari Jepang yang mengisahkan perjuangan hidup seorang Shin Tanokura di era Meiji dari seorang gadis kecil pekerja keras yang akhirnya tumbuh dewasa dan menikmati masa tuanya sebagai seorang pemilik jaringan ritel besar (kalau saya tidak salah). Saya ingat, dulu saya pernah berusaha untuk tidak ketinggalan serial ini ketika ditayangkan di TVRI hehehe...  Dan kabarnya saat ini serial Oshin sudah dibuat remake-nya…

Video Betamax

[caption id="" align="aligncenter" width="346" caption="Sumber : photobucket.com"]

Sumber : photobucket.com
Sumber : photobucket.com
[/caption] Jika di masa sekarang kita suka nonton DVD, film hiburan rumah di masa itu hadir dalam bentuk kaset Betamax dan seingat saya tidak semua orang sanggup memilikinya. Saya ingat dulu sering nonton serial anime dan tokusatsu (film Jepang, CMIIW) seperti Lionman, Google V, Shogun Geta, dan Voltus di rumah sepupu-sepupu saya.  Karena itu saya cukup hafal yel-yel seperti, "Let's Volt In!" dan "Ninpo Shishi Henka!" hehehe… Kenangan lain saat nonton video adalah ketika logo Trio Video Tara muncul sebelum film dimulai.  Sekadar perbandingan saja untuk Kompasianer muda, ukuran kaset video Betamax kira-kira hampir sebesar tablet 7 inch. Hal-hal di atas tersebut merupakan sedikit kenangan saya akan masa-masa 80-an s.d 90-an, sebetulnya mungkin masih banyak lagi seperti lagu-lagu yang sering diputar ayah saya (dengan penyanyi seperti Franky & Jane, Rita Ruby Hartland, Rinto Harahap, Pance Pondaag, dll), komik (karya Jan Mintaraga, Teguh Santosa, Ganes TH, dll), walkman yang jadi semacam simbol anak gaul saat itu, juga video games (ding dong) legendaris (seperti Street Fighter, Galaga, dll). Mungkin Kompasianer bisa menambahkan?  Oya, untuk sekadar menyegarkan kembali masa-masa tersebut, berikut ini salah satu lagu fenomenal pada masa itu ("Gadisku" oleh Trio Libel's) sekalian mengenang salah seorang sepupu saya : Tulisan ini masuk kategori “Selfish” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun