Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mendeteksi Akun Kloningan? Mustahil!

28 Maret 2014   03:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:22 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber : theguardian.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="460" caption="Ilustrasi (sumber : theguardian.com)"][/caption] Wacana pemberantasan akun kloningan sempat (atau masih?) marak di Kompasiana.  Bahkan tak kurang dari admin Kompasiana ikut turun gunung memperingatkan para pemilik akun kloningan. Sebenarnya hampir semua portal yang sejenis dengan Kompasiana ini punya masalah serupa - akun kloningan.  Umumnya akun kloningan ini dibuat untuk mengangkat citra diri akun utamanya, seolah-olah yang bersangkutan punya banyak teman, atau punya soulmate yang secara militan selalu mendukung akun utamanya.  Saya jadi teringat dengan salah satu akun gaek di Kompasiana yang pendukung utamanya mengaku mbak-mbak, jadi semua komentar yang meng-counter tulisan Kompasianer gaek ini malahan dibalas sama si mbak.  Apakah akun si mbak itu kloningan?  Jujur saya cuma bisa curiga karena terus-terang hal-hal seperti ini sulit dilacak. Sulit dilacak? Benar. Sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa secara otomatis mendeteksi apakah akun A merupakan kloningan dari akun B.  Semua teknologi pendeteksi akun kloningan setahu saya hanya mengambil informasi dari IP Address.  Jika ada lebih dari satu akun yang memiliki IP Address sama, maka secara teori salah satunya diduga adalah akun kloningan.  Itu teorinya, tapi kenyataan di lapangan tidaklah sesederhana itu. Saya ingat sewaktu masih aktif menulis di PintuNet.com dan rajin bermain game online Kurusetra di sebuah warnet di Jakarta Barat.  Si pengelola warnet mengaku bahwa dia pernah didatangi tim IT Kurusetra karena kecurigaan adanya akun-akun kloningan.  Waktu itu saya baru paham gunanya akun-akun kloningan di game online adalah untuk menaikkan level akun utamanya dengan cepat. Kembali ke topik, ketika tim dari Kurusetra datang mereka jelas tidak bisa berbuat apa-apa karena lokasi yang dicurigai adalah sebuah warnet yang notabene siapa saja bisa masuk, siapa saja bisa punya akun, siapa saja bisa bermain (game). Begitu pula tim admin PintuNet.com seingat saya dulu pernah mem-banned beberapa akun yang dianggap kloningan.  Wajar jika mereka merasa terganggu dengan akun kloningan karena situs ini secara periodik membayar anggotanya jika sudah mencapai poin tertentu.  Keberadaan akun kloningan jelas merupakan sebuah kecurangan.  Tapi pada akhirnya cara ini tidak efektif karena setelah diselidiki akun-akun yang dicurigai kloningan tersebut ternyata bukanlah akun fiktif, hanya kebetulan saja para pemilik akun tersebut berdomisili di daerah yang sama dan mengakses internet di tempat yang sama (rumah/kantor/warnet). Oke, itu 'kan jaman dulu dimana kebanyakan kita mengakses internet melalui warnet.  Bagaimana dengan sekarang dimana kebanyakan kita mengakses internet melalui jaringan seluler?  Jujur, saat ini malah lebih sulit. Sepengetahuan saya, setiap kali kita mengakses internet melalui jaringan seluler, IP Address yang kita dapat dari provider selalu berubah-ubah.  Karena berubah-ubah inilah, pelacakan akun kloningan berbasis IP Address menjadi jauh lebih sulit karena bisa saja saat ini kita terlacak mengakses internet dari Jakarta tapi saat terhubung kembali ke jaringan internet, kita terlacak mengakses internet dari Bandung misalnya, saya sering mengalami hal seperti ini. Saya sendiri pernah menjadi admin di beberapa situs dan gerah dengan aksi para akun kloningan tapi di sisi lain saya juga tidak bisa berbuat apa-apa tanpa adanya bukti kuat bahwa sebuah akun merupakan kloningan dari akun lain.

Jadi Bagaimana?

Saat ini yang bisa dilakukan untuk menengarai sebuah akun kloningan hanyalah mencari adanya pola antara sebuah akun dengan akun lainnya.  Pola itu misalnya - dalam contoh saya soal Kompasianer gaek yang nulis opini tapi si mbak yang menjawab setiap komentar, gaya bahasa yang digunakan, penamaan sebuah akun, dll.  Hanya itu yang saat ini bisa dilakukan. Jadi para pemilik akun kloningan, selamat bersorak sorai karena sampai saat ini aksi Anda belum akan ketahuan.  Berharaplah semoga Anda suatu saat tidak 'terpeleset' sehingga membuka identitas asli Anda karena secara pribadi saya sangat berharap ketika sebuah akun kloningan ditemukan, maka yang harus diberi sanksi adalah akun utamanya. Semoga tulisan saya kali ini bermanfaat! Tulisan ini masuk kategori “Internet & Komputer” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun