Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Dua Hati #8: Niko

21 Mei 2014   14:01 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:17 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1400546080506910089

Cerita Sebelumnya :

Rian dirawat di RS karena demam berdarah.  Saat Aksa menjenguknya dan mereka membicarakan kemungkinan bagi Rian dan Lintang untuk menyambung kembali kisah cinta mereka, tak disangka Rin - gadis yang pernah sangat disukai Rian - muncul.  Apakah kemunculan Rin akan membuka satu hubungan baru bagi mereka berdua?  Dan bagaimana dengan Lintang yang saat ini berada di Yogyakarta?

CHAPTER 8

Rin menghambur masuk dan langsung menghampiri Rian, tapi kemudian dia sadar bahwa pemuda itu tidak sendirian.


“Oh Aksa…” sapanya.


“Sore Rin,” balas Aksa yang kemudian cengar-cengir memandang Rian.

Aksa bangkit dari kursinya.


“Oke bro, aku cabut dulu.Lagian sekarang kamu udah kedatangan tamu lagi.Bye bro, bye Rin.”

Tanpa menunggu jawaban, Aksa meninggalkan mereka.Kini tinggallah Rian dan Rin berdua saja.Keduanya terlihat agak canggung saat itu.


“Rin…” Rian tersenyum kecil, “Apa kabar?Sudah lama ya kita nggak ketemu…”

Rin masih tampak cemas melihat keadaan Rian,


“Kamu sakit apa?Katanya kamu kena demam berdarah?Ini aku bawain Pokary Sweat buat kamu.Katanya kalo kena demam berdarah mesti banyak minum ini.Oh ya aku bawain jus jambu juga.Aku taruh di sini ya…”

Setelah meletakkan bawaannya di meja, gadis itu kemudian mengambil kursi dan duduk di sisi tempat tidur Rian.


"Gimana kondisimu?" tanya Rin.

"Sudah lebih baik," jawab Rian, "Makasih sudah datang."

“Kamu mau minum?”


“Aku nggak mau ngerepotin kamu,” Rian tak enak hati, “tapi…”


“Oh nggak apa-apa.Sebentar aku ambilin…”

Rin kemudian mengambil segelas air putih yang sudah disediakan pihak rumah sakit, kemudian mendekatkan bibir gelas tersebut pada Rian dan membantunya minum.


“Makasih Lin… eh… Rin.Maaf,” Rian salah ucap dan itu membuatnya malu bukan main.

Mendengar Rian salah ucap seperti itu membuat Rin tertawa kecil.Gadis itu sekarang sudah menjadi mahasiswi tingkat I.


“Haha udah nggak usah dipikirin.Namaku sama Lintang memang beda tipis.”

Rin kemudian celingukan.


“Ngomong-ngomong, apa Lintang udah datang?Aku kok nggak ngeliat dia?”


“Lintang sedang di Jogja, keluarganya ada yang meninggal,” jawab Rian.


“Oh gitu?” balas Rin, “Aku kangen banget sama dia.Gimana hubungan kalian?Baik-baik aja ‘kan?Jangan bilang kalo kalian udah putus, ntar aku jadi kepikiran,” sambung gadis itu sambil tertawa.

Mendengar kalimat Rin barusan, ekspresi wajah Rian berubah murung.Rin yang melihat perubahan ekspresi tersebut merasa tidak enak dan menyadari sesuatu.


“Oh maaf, apa aku salah ngomong?Maaf Rian, aku bener-bener nggak tau.Maaf…”


Apa mereka sudah putus?Kenapa?Kapan?

* * *

Lintang gelisah.

Pesan singkat dari Aksa tadi membuatnya ingin segera kembali ke Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun