Rin memilih menemui Tama dan berbohong ketika Rian mengajaknya ikut jalan-jalan ke Dufan. Dan di pertemuan itu, Tama mengutarakan keinginannya untuk kembali pada Rin. Bagaimana jawaban Rin? Dan bagaimana dengan Lintang dan Rian di Dufan?
CHAPTER 16
“Ha!Seru banget yang tadi!Rian, ayo kita naik lagi!”
Lintang dan Rian baru saja turun dari wahana Kora-kora, sebuah wahana permainan berbentuk perahu raksasa yang berayun-ayun hampir 90 derajat.
Rian memandang antrian pengunjung yang memadati Kora-kora.
“Hm… Aku sih oke-oke aja, tapi kaya’nya ngantri banget.Apa nggak sebaiknya kita istirahat dulu?”
“Hm…” Lintang berpikir sejenak, “Boleh deh.”
Saat ini mereka terpisah dari Aksa dan teman-teman yang lain.
Aca sengaja memisahkan diri dari kita! Dari tadi juga aku telepon nggak diangkat sama dia.
Rian kemudian memesan dua gelas teh dingin sementara Lintang menunggu.Gadis itu duduk bertopang dagu dan memandang Rian dari kejauhan.
Sudah lama aku nggak mandang punggungmu seperti ini.
Lintang kemudian memandang jari manis tangan kirinya.Cincin hadiah ulang tahun dari Rian masih terpasang di situ. Gadis itu tersenyum samar, entah apa yang dipikirkannya. Dilihatnya saat ini Rian menuju ke arahnya dengan membawa minuman yang baru saja dibelinya.
Tiba-tiba seorang anak perempuan berumur kira-kira 4 tahun melintas dengan cepat di depan mereka berdua, hampir saja menabrak Rian. Untungnya pemuda itu masih sempat berhenti.
“Nak!Kamu larinya jangan cepet-cepet!” Terdengar olehnya suara seseorang – mungkin orangtua si anak tadi.
Dukk!
Rian merasa punggungnya tersenggol oleh orang tersebut dan dia kehilangan keseimbangan.Gelas minuman yang dipegangnya terlepas dari tangannya!
Aah! Gawat!!
“Lintang!Awaas!!”
Terlambat!
Rian terjatuh menubruk Lintang yang juga kehilangan keseimbangan akibat insiden tak terduga ini.Kedua remaja tersebut akhirnya terjatuh dengan posisi bertindihan.Beberapa pengunjung yang kebetulan melihat insiden ini sebagian berteriak, sebagian lagi tertawa. Untuk beberapa saat lamanya mereka tidak sadar apa yang terjadi, namun suara tawa dan candaan nakal pengunjung yang lain membuat mereka tersadar.
Rian melompat,
“Eh… M… Maaf, Lin,” ujarnya tergagap.
Lintang hanya diam dengan wajah merah.Sejenak kemudian gadis itu bangkit, dan saat itu dia baru sadar bahwa bagian depan baju dan celananya basah terkena tumpahan air dari gelas tadi.
Duh, gawat! Pikirnya.
“Lin, bajumu…” tegur Rian.
“Iya aku tau,” tukas Lintang ketus.
Lintang memang membawa baju ganti di tasnya.Akan tetapi jarak dari tempatnya berdiri saat ini ke toilet lumayan jauh, tak mungkin dirinya berjalan dengan baju basah seperti ini.
Lintang memandang Rian,
“Rian, aku nggak mungkin jalan dengan baju basah seperti ini ke toilet.Gimana nih?”
Rian bengong.