Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ini Akibatnya Kalo Kerja Nggak Pulang-pulang...

22 Juni 2014   15:18 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:50 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kerja nggak kenal waktu? (sumber gambar : thefoxisblack.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="kerja nggak kenal waktu? (sumber gambar : thefoxisblack.com)"][/caption]

"Mas kerja di *** ya?  Saya suka acara *** lho!"
"Mas, gimana caranya saya bisa dapet tiket ***?"
"Mas, cerita *** seru.  Salam buat *** ya!"
"Kalo acara *** gimana bikinnya?  Itu beneran nggak sih?"

Dulu, kalimat-kalimat di atas termasuk sering saya temui saat nge-mall sepulang kantor dengan masih mengenakan seragam.  Ya, harus diakui menjadi karyawan televisi mempunyai kebanggaan tersendiri, apalagi ketika orang-orang memandang kita karena seragam yang saat itu kita kenakan. Tapi ada satu hal yang mungkin luput dari pengamatan dan hanya bisa diketahui oleh karyawan televisi dan keluarganya :

"Rata-rata karyawan televisi - apalagi yang terkait dengan produksi sebuah acara - tidak memiliki jam kerja yang jelas."

Sebuah hal yang lumrah bagi seorang karyawan di bagian produksi untuk masuk kerja pagi hari, pulang dini hari, dan masuk kerja lagi pagi harinya.  Rumah kadang ibarat shelter, cuma tempat buat numpang tidur dan mandi.  Tanggung jawab pada acara yang harus ditayangkan membuat mereka mengorbankan waktu istirahat, waktu untuk diri sendiri, dan waktu untuk keluarga.  Beberapa dari mereka bahkan ada yang tidak (bisa) pulang ke rumah, padahal mereka sudah memiliki keluarga. Dan hal seperti ini berlangsung terus-menerus sehingga terjadilah peristiwa-peristiwa yang akan saya tulis di sini.  Peristiwa-peristiwa yang sering dijadikan bahan candaan saat jam istirahat seusai makan siang.

Peristiwa I

Teman saya seorang sutradara suatu hari memutuskan pulang ke rumah setelah berminggu-minggu terlibat dalam sebuah acara yang akan ditayangkan secara stripping.  Namun setelah berjam-jam kemudian, dia kembali ke kantor dan berteriak histeris, panik, dan bingung. Apa pasal? Setelah ditanyakan, ternyata ketika dia kembali ke rumahnya, bukan istrinya yang membukakan pintu melainkan orang lain yang sama sekali tidak dikenalnya! Isterinya ternyata sudah pindah kontrakan beberapa hari sebelumnya!  Jaman itu belum ada yang namanya telepon genggam. Syukurlah masalah itu akhirnya selesai.  Teman saya itu bisa menemukan di mana istrinya tinggal.

Peristiwa II

Teman saya yang lain terlibat dalam sebuah acara reguler sehingga sering tidak pulang berhari-hari.  Suatu hari saat dia pulang ke rumah, istrinya sama sekali tidak mau bicara dengannya tapi dia tidak ambil pusing.  Teman saya ini menuju meja makan. Dibukanya tudung saji. Apa isinya? Tidak ada makanan di situ.  Hanya ada gelas dan piring berlogo stasiun televisi tempatnya bekerja. Rupanya sang istri mau bilang,

"Makan tuh ***!"

Jangan Seperti Bang Toyib

Sewaktu masih bekerja di sebuah rumah produksi, saya memang bisa nggak pulang berhari-hari, tapi saya sengaja membatasi diri.

"Hari ketiga pokoknya harus pulang meski sebentar!"

Dan setelah bekerja di stasiun televisi, saya termasuk beruntung karena berada di bagian pasca produksi sebagai editor yang sistemnya sudah jelas, shift 1 bekerja dari jam 9 pagi sampai 7 malam, dan shift 2 mulai dari jam 7 malam sampai jam 5 pagi. Terkadang memang saya terlambat pulang jika editor shift berikutnya datang terlambat atau tidak masuk, tapi itupun saya membatasi diri maksimal dalam waktu 1-2 jam sudah harus ada editor pengganti.  Pernah sih sekali waktu saya mengalami masuk jam 5 sore dan pulang jam 10 pagi saat ditunjuk menjadi editor utama dalam sebuah sinetron superhero remaja yang pernah sangat fenomenal. Kesimpulannya? Jangan ikut-ikutan seperti Bang Toyib, seketat apapun deadline sebuah pekerjaan, selalu usahakan untuk pulang meski cuma sebentar.  Ingat, kita digaji untuk kerja 8 jam, bukan untuk kerja 24 jam.  Karena itu maksimalkan waktu 8 jam kerja yang kita miliki.  Dan pertimbangkan juga untuk tinggal di lokasi yang tidak terlalu jauh dari kantor sehingga urusan keseimbangan antara kerja dan keluarga bisa lebih terjaga. Semoga tulisan saya kali ini bermanfaat, selamat beristirahat dan selamat berhari Minggu! Tulisan ini masuk kategori “Karir” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun