Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Claire : Requiem & Paradox

27 April 2014   22:46 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:08 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku melihatnya lagi…

Sosok itu, seorang perempuan cantik berambut panjang dengan gaun hitam.  Berdiri di sudut ruangan dengan sorot mata penuh kebahagiaan, mungkin seperti dia mengenang masa-masa yang telah lalu.  Entahlah.

Namaku Claire, sekarang usiaku 29 tahun.

Aku pertama kali melihat sosok tersebut duapuluh tahun lalu, saat itu hari pertamaku belajar biola.  Aku ingat kata-kata Miss Potts saat aku menceritakan kehadiran sosok tersebut padanya.

“Claire, apa kau merasa takut padanya?”

“Tidak Miss,” jawabku.

“Kalau begitu, dia bahagia melihat permainan biolamu.  Miss tidak bisa melihatnya, tapi kau bisa melihatnya.  Itu berarti antara kau dan dia ada satu ikatan istimewa.”

Sejak itu aku sering melihatnya, entah setiap aku latihan ataupun melakukan performance.  Namun sampai saat ini yang paling membuatku terkesan adalah kehadirannya di resital pertamaku saat aku berusia 11 tahun.  Saat itu aku melihatnya tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca.

Juga saat aku tampil solo di festival musik klasik.

Dan yang tak bisa aku lupakan adalah ketika aku membawakan “Requiem” dari Mozart.  Seperti biasa, aku selalu melihatnya berada di sudut ruangan.  Perempuan cantik berambut panjang dan bergaun hitam.  Dia tetap berdiri di sana hingga pertunjukan berakhir.  Aku ingat aku menghampirinya.

Kami saling berpandangan.  Entah kenapa aku merasa sangat mengenalnya.

“Terimakasih,” ucapku saat itu.

Dan dia menghilang – seperti biasanya.  Itulah saat terakhirku melihatnya.

Dia tak pernah datang lagi sejak saat itu.

***

“Nona Claire, konser kedua akan segera dimulai,” Renee mengingatkanku.  Dia adalah asisten yang sangat baik dan cekatan.

Dalam hati aku menyesali apa yang kulakukan saat ini.  Renee tidak tahu bahwa aku baru saja menelan obat tidur dengan dosis luar biasa.

Sebentar lagi semua akan berakhir.

Ingatanku kembali ke masa lima tahun lalu…

“Claire, aku mencintaimu.  Maukah kau menikah denganku?”

“Edward, bisakah kau memberiku sedikit waktu lagi?”

“Tentu.  Aku akan menunggumu - bahkan sampai kita tua nanti.”

Empat tahun lamanya kau menungguku, Edward.  Dan tahun lalu kau tidak menepati janjimu.  Kecelakaan membuatmu meninggalkanku.  Dan hari ini tepat setahun engkau meninggalkanku.  Biarkan aku menyusulmu, aku rindu tanganmu yang membelai rambut panjangku, dan gaun hitam ini…  bukankah hitam adalah warna favoritmu?

Kesadaranku mulai menghilang.  Aku mulai melihat terowongan cahaya di ujung pandanganku.

Aku harap ini menjadi akhir yang indah buatku.  Claire, seorang bintang pemain biola meninggal setelah membawakan “Requiem” karya Mozart.

Terowongan cahaya itu semakin mendekat.  Samar mulai terlihat kisah-kisah hidupku.

Apa ini kenanganku?  Bisakah aku memilih kenangan mana saja yang ingin terus kubawa sampai semua berakhir?

Aku berhenti di kenanganku yang pertama,

Ah itu aku saat pertama bermain biola di umur 9 tahun.  Masa-masa kecil yang membahagiakan, aku begitu naif saat itu.

Dan itu resital pertamaku.

Itu saat aku tampil solo.

Aku kemudian berhenti di salah satu kenangan,

Ini kenangan terbesar saat aku membawakan “Requiem”.  Kenangan terindah dalam hidupku.  Aku ingin lebih lama mengenang masa ini.

Saat itu aku melihat diriku yang berada dalam kenangan itu berjalan mendekatiku.

Tunggu, kenapa kau menghampiriku?  Apa kau bisa melihatku?

Tunggu, jangan-jangan… sosok itu…

Aku!

Dalam kesadaranku yang semakin mendekati terowongan cahaya, sekarang aku sadar siapa sosok yang selama ini hadir menemaniku.

Sosok itu… aku!

Terowongan cahaya itu semakin dekat, aku kini tersedot masuk ke dalamnya.  Sekilas sempat kulihat tubuhku di bawah sana, dikelilingi banyak orang yang mencoba menolongku.  Dan Renee ada di sana, menangis.

Maafkan aku, Renee.

Edward, aku datang.

Istilah :

  1. Resital : konser atau pertunjukan yg ditampilkan seorang pemain musik atau kelompok kecil pemain musik
  2. Requiem : a song or hymn of mourning composed or performed as a memorial to a dead person

Sumber Catatan penulis :

Tulisan ini berangkat dari sebuah teori bahwa ketika kita melihat sosok yang disebut "hantu", bisa saja itu adalah refleksi dari diri kita sendiri di masa depan. Kita sering mendengar cerita penampakan sosok kerabat dekat hanya beberapa saat sebelum kita menerima kabar bahwa ybs baru saja meninggal dunia.  Jadi kemungkinan arwah memiliki kemampuan menembus dimensi ruang, sekarang mungkin juga arwah memiliki kemampuan menembus dimensi waktu karena terkadang saya beranggapan bahwa waktu itu relatif dan bisa bersinggungan ibarat ruang. Semoga tidak bingung...

Sumber gambar : macaulay.cuny.edu Tulisan ini masuk kategori “Fiksi” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun