Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerita Tengah Malam #4

17 April 2015   23:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:58 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
01fc06bcc4cfdb12c32a3d9d5b4715e4

"Malam, Pak Ali.  Asepnya ada?" tanyaku pada penjaga kantor Production House tempat temanku bekerja.

Pak Ali, penjaga kantor itu hanya mengangguk.  Akupun segera naik. Production House ini terdiri dari lima lantai.  Lantai satu ditempati oleh tim marketing, lantai dua diperuntukkan bagi staf administrasi perusahaan, dan lantai tiga merupakan pusat kegiatan pasca-produksi.  Di lantai tiga inilah Asep bekerja, dia adalah seorang penyunting gambar yang sudah cukup lama bekerja di perusahaan tersebut.  Tugas mengharuskannya bekerja tak kenal waktu sebab deadline pekerjaan yang seringkali teramat ketat. Karena mengambil tempat di sebuah ruko, tidak ada lift di sini.  Akses antar lantai hanya mengandalkan tangga, dan tubuh tambunku sejujurnya sulit menerima kondisi ini.

Kalo bukan karena Fini, boro-boro...

Kira-kira 30 menit lalu Asep menelepon dan meminta bantuanku untuk menyampaikan pada Fini resep obat yang baru saja ditebusnya.  Resep itu merupakan obat penenang dan harus diberikan segera karena ibu tiri mereka - Asep dan Fini - sedang sangat membutuhkan obat tersebut agar bisa istirahat dengan tenang tanpa diganggu penglihatan-penglihatan aneh yang sering menghampiri wanita setengah baya itu. Entah sudah berapa banyak anak tangga yang kupijak ketika sayup telingaku menangkap suara langkah kaki sepatu berhak tinggi.  Suara sepatu wanita.

Dari lantai tiga?

Ada cewek?

Kliennya Asep?

Langkah kaki itu terdengar cepat, sepertinya si pemilik langkah sedang terburu-buru.  Langkah kaki itu semakin lama semakin dekat.  Hanya beberapa langkah sebelum tiba di lantai tiga, aku akhirnya bertemu dengan si pemilik langkah, dan dugaanku benar adanya.

Bener kan dia cewek...

Cantik pula,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun