Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Efemeral #2 : Kenyataan

30 November 2015   09:06 Diperbarui: 30 November 2015   09:09 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bu," aku akhirnya bangkit.  "Saya mau sholat dulu."

"Sho... sholat?" perempuan tua itu tampak kebingungan.  Kegelisahan jelas tergambar di wajahnya.

"Ya.  Kenapa, Bu?"

"Saya... saya... nggak tau mesti gimana, Pak Restu," ia semakin gelisah dan bingung.  "Bukannya saya nggak suka ada orang sholat di rumah ini, tapi... aduh..."

"Kenapa?  Ada apa, Bu?"

"Ini demi kebaikan Mas Bagus, Pak Restu.  Saya minta maaf, tapi saya diberitahu bahwa Mas Bagus sering kesurupan karena jiwanya kosong.  Kekosongan itulah yang menarik perhatian roh-roh di sekitarnya karena roh-roh itu sebenarnya mencari rumah baru setelah tubuh sebelumnya mengalami kematian.  Saya juga diberitahu bahwa tingkah aneh Mas Bagus saat kesurupan sebenarnya merupakan upaya penyesuaian antara tubuh Mas Bagus dengan roh barunya.  Saat proses penyesuaian itu keduanya - terutama roh - merasa lelah sehingga sering keluar permintaan makanan dan minuman yang tak masuk akal agar roh tersebut bisa mendapat cukup tenaga untuk melakukan penyesuaian."

Aku hanya bisa terdiam, mencoba memahami apa yang perempuan tua itu ucapkan.

"Dan saya kuatir jika Pak Restu mengerjakan sholat, jiwa Pak Restu akan makin kuat dalam tubuh Mas Bagus.  Saya kuatir Mas Bagus nggak bisa kembali ke tubuhnya."

"Ya, Tuhan," aku mendesah lirih.

"Saya minta maaf, Pak Restu.  Tapi ini demi kebaikan Mas Bagus.  Dalam situasi seperti ini, setiap upaya mendekatkan diri kepada Tuhan hanya akan membuat jiwa Mas Bagus sulit kembali ke tubuhnya."

Aku tak bisa berkata-kata, semuanya masih terlalu berat buatku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun