Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Orang-orang dengan Kemampuan Supranatural Sungguh Ada

28 Juni 2013   20:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:16 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : mysticinvestigations.com

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Sumber foto : mysticinvestigations.com"][/caption] Ketika mendengar istilah "cenayang" atau "paranormal", kebanyakan orang mencibir bahkan menganggap mereka sesat.  Saya ingat sewaktu Mama Lauren masih hidup dan kerap berbicara tentang masa depan karir seorang artis, banyak yang menghujat dan mencelanya.  Begitu pula dengan paranormal lain, setiap ucapan (baca : ramalan alias prediksi) yang keluar dari mulutnya hampir selalu mendapat hujatan. Saya tidak bermaksud membela siapapun, hanya saya yakin bahwa orang-orang yang bersuara lantang mencela paranormal itu adalah mereka-mereka yang tidak memiliki kemampuan supranatural - baik secara alami ataupun melalui latihan dan ritual.

Sixth Sense Sungguh Ada

Saya mengenal setidaknya dua orang yang memiliki kemampuan supranatural.  Yang pertama adalah kawan saya, sebut saja namanya Tri.  Saat sedang berbincang-bincang dengan seseorang, tiba-tiba saja Tri mengucapkan sesuatu yang berhubungan dengan lawan bicaranya.  Biasanya berupa peringatan agar lawan bicaranya berhati-hati ketika nanti lewat di suatu tempat atau akan melakukan sesuatu.  Orang-orang yang mengenalnya biasanya jadi sedikit takut dan mengakhiri pembicaraan ketika mendapat warning seperti itu. Tapi kadang-kadang juga dia mengatakan hal-hal kecil mengenai sebuah tempat yang hanya diketahui lawan bicaranya.  Misalnya dalam perbincangan lewat YM, dia mengatakan bahwa rumah saya dekat dengan pertigaan, padahal dia sama sekali belum pernah ke tempat saya.  Menurut pengakuannya, hal-hal yang diucapkannya itu spontan saja dengan didahului semacam penglihatan. Orang kedua yang saya tahu memiliki kemampuan seperti itu adalah ayah saya sendiri.  Bila Tri memiliki kemampuan "meramal", maka ayah saya memiliki kemampuan "membaca" orang, dalam hal ini masalah yang sedang dihadapi lawan bicaranya.  Tak jarang orang yang bercakap-cakap dengan beliau terheran-heran dan takjub karena apa yang dikatakan ayah saya kebanyakan pas.  Solusi yang diberikan pada mereka yang bermasalah pun bukan yang aneh-aneh apalagi sampai bertentangan dengan agama. Saya ingat betul, ayah saya sering bercerita bahwa di masa mudanya dia sering membiarkan rohnya melayang-layang, melihat ke ruangan bahkan ke tempat lain sementara tubuh fisiknya tertidur. Dari kedua orang tersebut ada satu kesamaan, mereka tidak pernah berbicara dengan cara yang menakut-nakuti bahwa akan terjadi ini dan itu.  Mereka hanya meminta agar lawan bicaranya melakukan ini atau itu (bukan ritual ya).  Dan memang begitulah karakter orang-orang yang memiliki kemampuan secara alami, berusaha menyampaikan suatu kejadian dengan cara yang terdengar normal.

Mereka Yang Menolak Adanya Kemampuan di Diri Mereka

Jika tadi saya bercerita tentang orang-orang yang secara alami memiliki kemampuan supranatural, sekarang saya bercerita bahwa ada orang yang memiliki bakat untuk kemampuan semacam itu tapi menolaknya.  Setidaknya ada satu orang yang saya tahu yaitu diri saya sendiri(!). Sedari kecil saya selalu tidur dengan lampu menyala, itu karena setiap kali saya memejamkan mata dalam keadaan gelap, pelan-pelan dari sudut mata muncul titik-titik cahaya yang semakin lama semakin banyak, besar, dan terang hingga akhirnya membentuk kabut memenuhi seluruh pandangan saya.  Ya, tidur dalam keadaan gelap - bahkan remang-remang sekalipun bukan pilihan nyaman buat saya.  Ketika saya komunikasikan hal ini dengan ayah saya, beliau menyesalkan kenapa hal seperti ini tidak diberitahukan sebelumnya.  "Biar kamu bisa dilatih" begitu katanya. Dan meski dua orang yang saya ceritakan sebelumnya memiliki kemampuan "membaca" orang, sepengetahuan saya mereka tidak pernah bisa "membaca" saya.  Itu mungkin karena frekuensi pikiran saya sama kuatnya dengan mereka.  Pada Tri, saya pernah bilang bahwa, "Ketika ada yang mau membaca pikiran saya, saya bisa merasakan dan langsung menutup pikiran tersebut".  Dia mengangguk. Bahkan ayah saya berkata, "Padahal kamu anak saya, tapi nggak gampang untuk baca pikiran kamu."

Tidak Benar-benar Hilang Sebetulnya

Kenapa saya menolak kemampuan tersebut?  Yah, sebenarnya memiliki kemampuan semacam itu tidak seluruhnya menyenangkan meski kelihatannya keren.  Tahukah Kompasianer bahwa setiap penglihatan yang didapat akan masuk ke hati dan pikiran kita?  Tidak masalah jika penglihatan yang didapat berupa kegembiraan, kita akan ikut senang.  Tapi bagaimana jika penglihatan tersebut berupa kesedihan?  Bagaimana bila kita terus-menerus melihat kesedihan yang menyelubungi orang-orang yang kita kenal?  Rasanya seolah kita sendiri yang mengalaminya. Dan tentang saya sendiri, tahukah Kompasianer bahwa saya selalu berdoa agar orang-orang terdekat saya kelak meninggalkan dunia dalam keadaan khusnul khatimah (baik)?  Karena segera setelah dimakamkan, mereka nampak di mimpi saya dengan pakaian yang terakhir kali digunakan saat ruh meninggalkan raga... Semoga posting saya mencerahkan...

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun