Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Dua Hati #15 : Kembalilah Padaku

6 Juni 2014   14:10 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:03 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1401976345987746562


Lintang baru saja tiba, jarum jam menunjukkan angka 12.45.


“Santai aja, Lin” sahut Aksa, “Kita juga baru nyampe kok.Ya nggak bro?”


“Apaan?” tukas Rian, “Aku sudah 40 menit nungguin kamu, tau!”


“Rian, tadi aku nungguin busway-nya lama banget…” Lintang sewot.


“Nggak ada alasan!” Rian membalas dengan keras.


“Hei udah, udah…” lerai Aksa, “Kalian ini mo berantem ya?”


“Kamu inget nggak waktu kita dulu ke Duf…” Rian tidak sempatmenyelesaikan kalimatnya karena Lintang keburu menutup mulut Rian dengan tangannya sambil melotot. [1]


Melihat kejadian tersebut, Aksa sempat bingung tapi kemudian dia paham dan tertawa.


“Oh?  Ooo jadi gitu ya?Kalian berdua ternyata pernah ke Dufan?  Oke... oke...”


Pemuda flamboyan itu memandang Rian dan Lintang yang saat ini salah tingkah,


“Jadi ceritanya kalian mo nostalgia mengenang masa lalu?Kebetulan banget ‘kan?Oke deh, kita ngerti.Have fun ya kalian berdua!”


Aksa memandang teman-temannya,


“Friends, kita jalan sendiri.Biarin mereka berdua aja.Setuju?!”


Serempak terdengar koor teman-teman mereka, dan Aksa kini membungkuk bak pelayan yang mempersilakan pangeran dan putri untuk melewati mereka.


“Silakan,” katanya.


Rian dan Lintang makin salah tingkah. Keduanya saling pandang.

* * *

Suasana restoran saat itu cukup lengang.

Tama sedang menunggu pizza pesanannya saat Rin datang.Gadis itu mengenakan kemeja chiffon berwarna pistachio dengan lengan di bawah siku dipadu celana hitam dan flat shoes.Melihat kedatangan Rin, Tama tersenyum dan mencoba membuka percakapan.


“Apa kabar, Aya?” tanyanya.


“Nggak usah basa-basi,” potong Rin sambil tetap menjaga agar nada suaranya tidak menarik perhatian seisi restoran, “Aku datang karena kamu terus-terusan SMS.Mengganggu, tau!”


Rin kemudian menoleh ke kiri dan kanan seolah mencari sesuatu – atau lebih tepatnya - seseorang.


“Pacarmu mana?Dia nggak tau kamu ke sini?”


“Aya,” ujar Tama, “Kami sudah putus.”


“Oh,” Rin menjawab dengan dingin, “Aku kok ngerasa deja vu ya kamu ngomong gini...” [2]


Percakapan terhenti sejenak karena saat itu seorang pramusaji mengantar makanan dan minuman ke meja mereka. Setelah memastikan tidak ada pesanan yang terlewat, sang pramusaji mengucap salam khas restoran tersebut dan meninggalkan mereka.

Tama mengiba memandang Rin,


“Aya,” ucapnya, “Aku benar-benar menyesal atas perbuatanku yang waktu itu.Aku tau aku salah dengan menjadikanmu pelarian saat aku putus dari Maya.”


Oh jadi namanya Maya.


“Aya, setelah selama ini akhirnya aku sadar akan kebodohanku.”


Tama diam sejenak, sementara Rin masih memandang pemuda tersebut dengan dingin.


“Masa kedekatan kita waktu itu memang sangat singkat, dan aku akui itu semua kesalahanku.Tapi setelah kehilanganmu, aku merasa semuanya terasa hampa...”

Dan diriku bukanlah aku


tanpa kamu tuk memelukku


Kau melengkapiku,


kau sempurnakan aku…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun