Niko pergi ke rumah tante Ani, bermaksud menemui Lintang. Namun upayanya gagal, tante Ani tidak mengijinkan Niko dan hanya meminta pemuda itu untuk meninggalkan nomor ponselnya. Setelah mendapat nomor ponsel Niko, apa yang akan dilakukan Lintang? Sementara itu kebahagiaan Rin yang baru jadian dengan Rian sudah terusik oleh sebuah pesan singkat dari Tama - mantannya Rin! Bagaimana kisah Rin, Lintang, dan Rian?
CHAPTER 14
Pagi itu Rin berangkat ke kampus bersama papanya dan Lila. Sepanjang perjalanan, Rin lebih banyak diam.
“Rin, kamu nggak enak badan?” tegur papanya sambil menyetir.
Rin yang duduk di sebelah papanya hanya menggeleng.
Lila yang duduk di belakang menyahut,
“Kak Rin lagi bete. Masa’ gitu aja nggak tau sih, Pa?”
“Ooo gitu,” sahut papanya. Kesibukan pekerjaan membuatnya tidak begitu memahami putri-putrinya, dan terkadang hal ini membuatnya menyesal.
“Kenapa?” tanyanya lagi.
“Iya, kenapa kak?” timpal Lila.
Akan tetapi Rin tidak juga menjawab, dia hanya menghela nafas, matanya memandang kosong ke depan. Seharian kemarin gadis itu tidak bisa tenang karena terganggu SMS dari Tama yang terus-menerus meminta maaf atas sikapnya dulu.
Basi banget!
* * *
Lintang duduk di bangkunya dengan perasaan tak menentu. Tadi sebelum berangkat sekolah, tante Ani memanggilnya dan menceritakan kejadian dua malam sebelumnya. Dan di akhir percakapan, tante Ani menyerahkan secarik kertas.
Saat ini dipandanginya kertas yang bertuliskan sederetan angka.
Nomor handphone Niko!
Jika mengikuti perasaannya, ingin rasanya dia merobek dan membuang kertas itu. Akan tetapi Lintang teringat pesan tante Ani,
“Tante paham perasaanmu. Tapi menurut tante pribadi, lebih baik kamu save dulu nomernya karena tante yakin suatu hari nanti kamu harus menyelesaikan masalah itu.Kamu nggak bisa terus lari dari masalah. Dan saat kamu sudah siap menyelesaikannya, kamu bisa mulai dengan menghubungi Niko.”
Dalam hati, Lintang membenarkan pendapat tante Ani.
Pendapat tante ada benarnya. Sekarang memang aku belum siap, tapi suatu hari nanti aku harus menghadapi dan menyelesaikan masalah ini. Aku nggak bisa terus lari menghindar.
Dengan malas-malasan, Lintang menyimpan nomor telepon Niko di ponselnya.
* * *
“Pagi, bro!”
“Hei, Ca. Pagi juga.”