Angga seorang siswa kelas XII akhirnya berpacaran dengan Nay yang mengaku sebagai teman masa kecilnya. Namun secara tak terduga Angga akhirnya mengetahui bahwa Nay selama ini berbohong. Gadis itu bukanlah teman masa kecilnya, melainkan Nayra, kembaran Nay yang merupakan teman masa kecil Angga. Dan ketika Nay ke Jakarta, secara diam-diam Angga menyusulnya dan mengetahui bahwa Nayra sudah meninggal.
CHAPTER 22
Kereta eksekutif itu melaju meninggalkan Jakarta.
Novan duduk di kursi tunggal baris paling depan, sementara Angga dan Nay duduk berdampingan di belakangnya. Sebetulnya Angga – yang masih kesal dengan kebohongan Nay – agak segan harus duduk berdampingan seperti ini.
Apa boleh buat, semua kursi sudah penuh.
Sepanjang perjalanan, Angga lebih banyak diam dan hanya menjawab pendek bila ditanya. Namun bukan hanya Angga yang bertingkah seperti itu, Nay pun sama. Rasa bersalah karena pernah berbohong pada pacarnya apalagi sampai ketahuan - membuat Nay tak berani memandang wajah Angga. Gadis itu lebih banyak memandang ke luar jendela.
Novan mengeluh melihat mereka berdua.
“Ini bakal jadi perjalanan yang nggak asik,” ujarnya sambil kembali memasang earphone dan mulai mendengarkan lagu-lagu dari pemutar MP3 miliknya.
* * *