Sepertinya saya perlu melakukan hal tersebut.
Di satu laman berbeda, ada satu hal lain bahwa,
"Prekognisi mungkin tidak selalu hadir dalam bentuk visual, mungkin dalam bentuk firasat atau lazim disebut sebagai kata hati." (sumber)
Karena itu penulisnya menyarankan agar dalam mengambil keputusan, kita tidak melulu berpegang pada logika. Â Mungkin saya akan membahas soal ini lain waktu.
Precognitive Dream Menurut Saya
Menurut saya pribadi, Precognitive Dream bisa terjadi karena saat tidur frekuensi kita bisa menangkap frekuensi yang dikeluarkan oleh sekitar kita.
Menurut saya, sebelum sebuah peristiwa terjadi, tanda-tandanya sudah hadir. Â Dalam film "The Eye" misalnya, sebuah peristiwa kematian selalu didului dengan kedatangan sosok bayangan hitam di dekat si orang yang akan meninggal. Â Atau kita mungkin sering membaca fenomena hewan-hewan yang turun gunung hanya beberapa waktu sebelum gunung tersebut meletus.
Tanda-tanda seperti itu banyak berseliweran di sekitar kita, tinggal kitanya saja bisa menangkap frekuensinya atau tidak. Â Dalam keadaan sadar, umumnya kita tidak bisa menangkap frekuensi tersebut karena terlalu banyaknya frekuensi yang harus ditangkap.
Namun di malam hari saat kita tidur, frekuensi tersebut menjadi lebih mudah untuk ditangkap untuk kemudian diolah dan dibuat asumsinya berupa mimpi. Â Untuk peristiwa meninggalnya ibu saya dan konglomerat tersebut, mungkin kebetulan saya menangkap sinyal yang dikeluarkan sebuah jiwa yang akan meninggalkan raganya (mungkin bisa disamakan seperti lampu yang di ujung usianya sinarnya menjadi redup dan semakin redup).
Ya, otak membuat gambaran berdasarkan data yang ditangkapnya, ini juga yang mendasari pemikiran saya bahwa saat kita tidur otak justru melepas dan mencari informasi.
Akurasi Precognitive Dream tentu pada akhirnya tergantung pada seberapa banyak dan jelas data yang ditangkap otak. Â Semakin besar dan jelas data yang ditangkap, tentu semakin tepat akurasi dan asumsi yang dibuat.
Cara melatihnya?
Mungkin seperti apa yang sudah saya lakukan, biasakan bangun saat dini hari sekitar jam 2-3 dan melakukan apa yang disebut perenungan (kontemplasi), atau bagi seorang Muslim adalah melakukan shalat malam.