Filsafat Pendidikan merupakan penerapan konsep-konsep filsafat umum ke dalam konteks pendidikan. Bidang ini memperhatikan esensi penyelenggaraan pendidikan dari segi tujuan, latar belakang, metode, dan hasilnya, serta mempertimbangkan peran ilmu pendidikan dalam perancangan penggunaannya. Ada berbagai alasan untuk mempelajari filsafat pendidikan, terutama jika terdapat pertanyaan-pertanyaan rasional yang tidak dapat dijawab oleh ilmu sains dan ilmu pendidikan saja. Para profesional dan praktisi pendidikan menganggap filsafat sebagai hal yang penting dalam memahami konsep dan praktik pendidikan, yang merupakan bagian integral dari kesuksesan pendidikan.Â
Dengan cepatnya kemajuan globalisasi dan modernisasi, pendidikan perlu tetap inovatif agar relevan dengan perkembangan zaman dan memiliki arah yang jelas. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya berkaitan dengan pengalaman praktis semata. Kegiatan pendidikan tidak dapat sepenuhnya dipahami dalam kerangka ilmu sains karena menghadapi masalah yang lebih luas, kompleks, dan serius yang tidak terbatas oleh pengalaman empiris atau fakta semata. Isu-isu seperti tujuan hidup manusia dan tujuan pendidikan harus dilihat dari sudut pandang nilai-nilai dan pandangan hidup manusia, yang memerlukan refleksi lebih mendalam melalui pendekatan filsafat.Â
Filsafat pendidikan, baik dalam aspek kualitatif maupun kuantitatif, dapat dianggap sebagai suatu bentuk teori pendidikan yang dihasilkan dari penelitian. Filsafat pendidikan ini harus dipandu oleh seorang perencana pendidikan melalui penetapan tujuan, isi, dan kurikulumnya untuk menciptakan perubahan dalam perilaku individu, sosial, dan ekonomi.
Thomas Aquinas berpendapat bahwa realisme ilmiah adalah metode terbaik untuk memperoleh ketepatan mengenai eksistensi dan fungsi dunia, tanpa bergantung pada pengetahuan atau metode ilmiah kita. Untuk menguraikan dan menerapkan penemuan-penemuan ilmiah, perlu dibangun sebuah teori. Seiring dengan perkembangan penelitian ilmiah, teori dapat disesuaikan dan disempurnakan agar mencerminkan realitas yang paling akurat.Â
Dalam konteks pendidikan luar sekolah, sebagai wujud dari filsafat realisme, para realis setuju bahwa nilai-nilai inti bersifat tetap, namun beragam dalam manifestasinya dan dengan alasan yang berbeda. Realis klasik, seperti yang disetujui oleh Aristoteles, percaya bahwa nilai-nilai universal ada dan bahwa terdapat hukum moral yang mengikat semua orang rasional.Â
Para realis juga meyakini bahwa guru harus terlibat dalam pembentukan nilai-nilai tertentu. Standar moral dan estetika dasar diajarkan kepada siswa tanpa mengabaikan konteks zaman. Penting bagi anak-anak untuk memahami esensi baik dan buruk serta menghargai tujuan yang baik dan indah dalam konteks perubahan moral dan estetika.Â
Oleh karena itu, penulis ingin menyelidiki secara singkat bagaimana filsafat realisme ini diterapkan dalam praktik pendidikan luar sekolah yang berpusat pada nilai-nilai konkret, serta bagaimana hal ini memengaruhi proses pembelajaran dalam konteks pelatihan dan pemberdayaan baik pada skala kelompok maupun komunitas mikro dan makro.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H