Mohon tunggu...
Ryan Martin
Ryan Martin Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Kedokteran Gigi

Berbagi Pengalaman, Perasaan, Pemikiran dan Kisah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

5 Tradisi Perayaan Imlek yang Tetap Terlaksana di Kala Korona Menyerang

14 Februari 2021   09:24 Diperbarui: 14 Februari 2021   23:04 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai, perkenalkan saya Ryan. Saya adalah seorang Warga Negara Indonesia yang merayakan tahun baru Imlek. Perayaan Imlek menyimpan kebahagiaan tersendiri serta telah menjadi tradisi turun-menurun bagi saya dan keluarga. Dengan baju serba merah, kami berkumpul untuk makan malam yang meriah di restoran favorit kami.

 Imlek tentunya tidak afdal jika tidak dilengkapi dengan pemberian angpao serta melihat pertunjukkan Barongsai. Sosok berkaki empat, dengan kepala besar serta mata yang selalu berkedip. Bentuk pertunjukkan yang unik serta seru untuk ditonton. Namun, semua ini berubah sejak sang Korona menyerang. Dengan ketatnya pembatasan jarak antar manusia, hal-hal yang memeriahkan disaat perayaan Imlek pun ikut pupus. 

Tanggal 12 Februari 2021. Saya terbangun pada pukul 07.13 WIB. Memandangi langit-langit rumah sembari meregangkan tubuh di atas kasur. Seperti hari-hari biasa lainnya, saya memeriksa notifikasi handphone. Notifikasi itu memberikan pesan mengenai hari raya tahun baru Imlek. Sang Korona telah membawa saya ke Bulan, dengan zona waktunya tersendiri. Saya bahkan melupakan tanggal yang cukup penting ini. 

Namun, memang tidak ada rencana spesial yang dipersiapkan sebab saya dan keluarga sadar bahwa disaat pandemi, alangkah lebih baiknya jika tidak keluar rumah. Rutinitas sehari-hari pun berlanjut. Meskipun tahun baru imlek pada hari itu tidak semeriah biasanya, saya cukup senang karena tetap menjalankan beberapa tradisi imlek. Penasaran dengan tradisi-tradisi itu? Berikut lima tradisi diantaranya.

Pertama, Menggunakan Pakaian Serba Merah

Sumber: Instagram/@anisapuscat_
Sumber: Instagram/@anisapuscat_
Hari itu, saya bersama 4 anggota keluarga saya yang lain, kompak mengenakan pakaian serba merah. Motif baju imlek sangatlah indah dengan perpaduan warna kuning emas dan gambar burung merak, naga ataupun bunga teratai. Warna merah ini dipercaya memberi makna kebahagiaan dan semangat baru untuk menyongsong tahun yang baru. Sedangkan warna kuning emas melambangkan rezeki yang berlimpah dengan harapan di tahun yang baru ini dapat menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya. Warna merah memiliki mitos yang menarik untuk diceritakan. 

Konon katanya, terdapat makluk bernama Nian yang kerap menyerang perdesaan di tanah Tiongkok setiap tahunnya. Nian merupakan hewan menyerupai banteng dengan gigi taring yang panjang. Nian sangat senang merusak sawah warga, memangsa hewan ternak dan bahkan manusia. Untungnya, para penduduk mengetahui kelemahan binatang buas ini. Nian sangat takut dengan api, suara bising dan warna merah. Oleh sebab itu, warna merah disaat imlek melambangkan keberuntungan dan kebahagiaan karena berhasil mengusir Nian. 

Kedua, Pemberian "Angpao"

Sumber: /www.dewaprint.com
Sumber: /www.dewaprint.com
Angpao merupakan sebuah amplop merah yang umumnya berisikan uang, yang harus diberikan dari orang tua kepada anak cucunya. Angpao dapat dianggap sebagai suatu bentuk kepedulian antar sesama manusia, sehingga pemberiannya tidak terbatas hanya didalam keluarga saja. Amplop merah ini memiliki makna keberuntungan, kebaikan dan kesejahteraan. Dalam pemberian angpao, harus diberikan secara langsung dengan maksud doa keberuntungan dari Pemberi dapat langsung diterima oleh Penerima. 

Nominal dari angpao biasanya akan menghindari unsur angka 4. Dalam tradisi Tionghoa, angka 4 mengartikan kata "Mati" sehingga dianggap membawa sial. Angka 8 memiliki makna yang lebih bagus, yakni kaya dan beruntung sepanjang hidup, melihat angka 8 yang tidak memiliki awal dan akhir. Hari itu saya memperoleh angpao dari ayah, ibu, kakek dan nenek. Lumayan, uangnya bisa untuk jajan cilok Pak Saipul di warung sebelah. 

Ketiga, Makan Keluarga dengan Makna di Setiap Hidangannya

Sumber: www.save.ca
Sumber: www.save.ca
Makan siang hari itu cukup spesial. Saya makan dengan beberapa hidangan yang  kata ibu saya memiliki arti masing-masing.  Hidangan pertama adalah mie goreng yang merupakan simbol dari panjang umur, rezeki berlimpah dan kebahagiaan. Hidangan kedua adalah ayam yang disajikan secara utuh, dimana hidangan ini merupakan simbol dari ketaatan dan kesetiaan. Tidak lupa dengan hidangan telur, yang memiliki makna kesuburan. Hidangan selanjutnya adalah daging babi yang menyimpan makna pengusiran pada kemalasan. Setelah makanan utama, terdapat beberapa hidangan penutup lain yang menyimpan makna juga. Hidangan itu adalah kue lapis yang merupakan harapan agar rezekinya berlapis-lapis di tahun baru ini. Ada juga manisan dengan kotak segi delapannya yang khas, dimana makanan ini melambangkan kesuburan dan keutuhan keluarga. Buah wajib yang harus ada disaat imlek yaitu jeruk, dimana buah ini memberikan makna kesejahteraan dan kemakmuran. 

Keempat, Larangan untuk Bersih-Bersih Rumah dan Membuka Toko 

Sumber: kompaspedia.kompas.id
Sumber: kompaspedia.kompas.id
Hari itu saya cukup senang karena tidak perlu mengeluarkan energi lebih untuk bersih-bersih rumah. Bukan karena saya malas, tetapi karena suatu pantangan di kala imlek. Konon katanya, jika anda membersihkan rumah, maka anda membuang berkah rezeki yang diturunkan oleh dewa kekayaan Tionghua, yakni Cai Shen. 

Selain itu, terdapat pantangan untuk membuka toko di saat hari raya ini. Barang siapa yang membuka toko di hari raya, ia tidak akan pernah berhenti bekerja hingga akhir hayatnya. Begitulah kata kakek dan nenek saya. Suatu tradisi yang unik dan menarik, serta melegakan. Untunglah perayaan imlek hanya sekali dalam setahun. Bayangkan jika perayaan imlek dilakukan setiap hari. Bisa-bisa rumah saya menjadi sarang tikus dan saya tidak dapat pemasukan karena menutup toko. 

Kelima, Menonton Pertunjukkan Barongsai dan Naga

Sumber: photo.sindonews.com
Sumber: photo.sindonews.com
Mungkin tradisi ini hanya ada di keluarga saya. Setiap perayaan imlek, kami akan menyempatkan waktu untuk menonton pertunjukkan Barongsai dan Naga di sekitar rumah kami. Di kala pandemi seperti sekarang, tentu saja tidak ada pertunjukkan yang diadakan. Untung saja sudah ada youtube. Kami pun menyaksikan pertunjukkan secara online. Bukan tanpa maksud. Pertunjukkan Barongsai dan Naga merupakan seni tari tradisional dari China dengan makna memberikan keberuntungan serta mengusir roh jahat. Saat pertama kali menonton pertunjukkan ini, saya sangat tertarik untuk menyaksikannya. Diperlukan kerjasama yang sangat baik diantara para penarinya. Hal paling lucu saat itu adalah, ketika saya mengira sang Barongsai senang untuk "memakan" angpao yang diberikan penonton. Saya tidak dapat membayangkan jika saya sendiri yang mengonsumsi angpao. Hal yang unik di mata masa kecil saya. 

Itulah kelima tradisi yang umum dilakukan oleh keluarga saya. Mungkin diantara kalian juga ada yang melakukan beberapa hal diatas. Suasana imlek tahun 2021 ini memang sangatlah berbeda dibandingkan perayaan di tahun-tahun sebelumnya. Namun, semua itu terjadi dengan tujuan agar Sang Korona dapat segera angkat kaki dari Bumi. Semoga tahun depan, kita dapat merayakan imlek dengan meriah dan tidak bersama Korona. 

Akhir kata, selamat tahun baru Imlek bagi saudara-saudara yang merayakan. Semoga keberuntungan dan kesuksesan dapat bertambah di tahun yang baru ini. Gong Xi Fa Cai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun