Mohon tunggu...
Ryan Kurniawan
Ryan Kurniawan Mohon Tunggu... -

anak kuliahan. sedang belajar ilmu komunikasi di sebuah uni lumayan ternama di Jaksel.

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY yang Saya Kagumi

2 November 2016   16:06 Diperbarui: 2 November 2016   16:15 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mari akui saja, SBY adalah tokoh hebat. Ia politisi yang hebat. Mau sampai lebaran kuda kamu menolak hal ini, satu demi satu kejadian politik memperkuat kesimpulan ini.

Iya, politisi. Bukan pemimpin hebat. Ia memang pemain akrobat luar biasa untuk lagi-lagi menggapai kepentingan politik tertentu. Dan memang bukan pemimpin. Karena yang ia selalu pikirkan adalah kepentingan, politik dan kepentingan politik. Bukan kepentingan lain yang lebih luas.

Bukan rahasia kalau Cikeas, dalam hal ini SBY, menelikung proses politik pencalonan dalam pilkada DKI. Tiba-tiba memojokkan partai-partai lain, termasuk PPP, PAN dan PKB, untuk mencalonkan Agus Yudhoyono. Ia memandulkan PPP dan PAN yang berencana untuk mendorong Anies Baswedan dan memasangkan dengan Sandiaga Uno yang dicalonkan Gerindra dan PKS. Untung manuver terakhir Prabowo masih mampu membuat Anies dan Sandi bersatu serta bersedia dipasangkan. Kalau enggak, tinggal AHY vs Ahok waktu itu. Catat, satu gol buat SBY.

Gol kedua adalah membuat panggung besar untuk anaknya, Agus Yudhoyono. Semua orang tahu kalau pemilihan presiden itu kompleks dan mahal. Panggung termurah itu Pilkada DKI yang menyedot perhatian se-Indonesia. Apalagi kalau ada drama-drama melibatkan AHY. Pasti jadi meriah, populer ke seluruh Indonesia. Salah satu drama murahnya adalah Koh Ahok dan mulutnya. AHY tampil di panggung ini dan jadi populer, berapapun biaya yang harus ditanggung oleh semua. Gol kedua untuk SBY.

Nah ini gol ketiga SBY. Ia tempatkan dirinya sebagai korban fitnah. Fitnah soal harta 9T, fitnah soal dokumen Munir, fitnah soal demo 4 November. Ia merengek karena dituduh membiayai demo anti-Ahok. Dan ia rengekkan itu di tv nasional. Live. Gol lagi.

Namun semua gol itu ujungnya cuma kepentingan dirinya dan keluarganya. Tidak tampak atau tidak terasa upayanya untuk meredakan suasana dan tensi politik demi kepentingan bersama yang sebenarnya suasana adem itu tidak membuat proses hukum akan berhenti. Dan dia toh bisa melobi sana-sini agar proses hukum Ahok tetap berjalan tanpa membuat panggung untuk dirinya dan anaknya.

Tetapi ya gimana lagi? Kan memang baginya, hidup ini mungkin seperti sepak bola. Yang penting adalah buat gol buat timnya, dirinya dan keluarganya.

Dan itu membuat saya sungguh mengagumi SBY. Ia orang sangat konsisten, sejak saya masih SMP sampai kuliah sekarang ini, jadi orang yang selalu sibuk mencetak gol. Buat dirinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun