Mohon tunggu...
Luthfi hanifa
Luthfi hanifa Mohon Tunggu... -

just share what will i share :))

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Cerita, Tentang Kita

15 Juli 2012   15:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:56 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kamu ingat hari itu? tidak? baiklah,mari kita mulai dari awal. Dari pertama,saat aku dan kamu….bertemu untuk menyampaikan salam perpisahan.

Hari itu,pertengahan Juli tahun 2010. Saat aku dan kamu bahkan belum genap berusia 17 tahun. Kita bertemu. di suatu tempat yang sebenarnya tidak lazim,namun alam mempertemukan kita disana.

Kita,sudah saling mengenal lewat dunia maya. Aku dan Kamu. Bertemu,bertegur sapa,saling mengenal.. bahkan jatuh cinta di dunia maya. dan hari itu,kita bertemu. kau ingat,kan?

Saat itu,cuaca sedang mendung. Aku tau,kau sakit. Kau sudah memberitahuku sebelumnya,namun kau tetap bersikeras ingin bertemu,walau aku ragu. Kita bertemu,saling tersenyum.. dan.. grogi. itu perasaanku saat itu,bersamamu.

Hmmm,kau.. manis. Tipikal seorang yang suka bekerja keras namun aga tertutup dan pemalu. Bertolak belakang denganku yang terlalu santai dan menyukai interaksi dengan orang banyak. Kau tersenyum,senyum yang manis,menurutku. aku pun tersenyum. senyuman yang… bodoh menurutku. menampakan semua gigiku. sama sekali tidak anggun.

Hari itu,aku kamu duduk bersama. Menceritakan pengalaman hidup masing masing. kau,duduk sambil memeluk tas ranselku di sebelahku dan aku berusaha duduk tenang dan menceritakan semua yang ada di otakku secara runut. Kemudian,kau menyentuhku. Memegang punggung tanganku,seakan merasakan kehadiranku yang nyata di duniamu,dan saat itu aku… Pura pura tidak menyadari,dan menahan perasaanku yang membuncah dan meledak ledak.

Tak terasa,hari sudah menjelang petang. Kau menyadarkanku saat itu dengan mengatakan “hei liat,ada layung” sambil menepuk bahuku. Aku terhenyak memandang kearah langit,diluar cafe tempat kita menghabiskan waktu bersama. ya,layung ,semburat jingga di langit sore yang indah,sebutan lain untuk sebuah nama yang juga tak kalah indah.. Lembayung. Aku tersenyum dan memandang kearahmu “iya,udah sore. hmmm kamu mau pulang,kah?” sebuah pertanyaan yang sebenarnya ingin menahanmu untuk beranjak. Kamu tersenyum. Untuk kesekian kalinya,hari itu. tanganmu maju untuk merapikan jilbab yang aku kenakan. “kamu,berantakan banget” ujarmu sambil tersenyum. aku terkekeh geli. “bahkan aku aja ga tau kalo jilbab aku berantakan. haha. terimakasih ya” ujarku,awkward. “ayok pulang,aku anter ya sampe rumah..” ujarmu,menggamit tanganku. Dengan berat hati,aku pun berdiri mengikuti langkahmu.

Aku ingat,masih sangat ingat. Di lift yang kita tunggu,kau merapatkan rangkulanmu. jaketmu,yang saat itu dipakai olehku sudah bercampur dengan aroma tubuh dan aroma parfumku sendiri. Aku merasakan tubuhku kaku,aku bingung harus berbuat apa. Akhirnya,aku menggenggam tanganmu,erat.

Ya,aku tau. saat itu,kita berdua belum menjadi seorang yang dewasa,kan? Iya aku tau. Kamu,yang hanya terpaut beberapa bulan dariku,tidak bisa kuanggap lebih dewasa hanya karena perbedaan bulan lahir. Dan kita,saling mengenal.. dan menjalankan sesuatu yang bernama pacaran,lewat dunia virtual. hari itu,kau terasa amat nyata bagiku. Entah kapan aku akan bertemu lagi denganmu. dan.. pintu lift pun terbuka…

Saat itu,mungkin aku satu satunya orang yang menginginkan waktu berhenti sejenak. atau setidaknya,diperlambat. mungkin,dalam satuan waktu terkecil seperti.. satu menit sama dengan 75 detik dan satu jam sama dengan 80 menit. ya,aku sangaat sangaat tidak ingin berpisah denganmu waktu itu.

Jalanan macet,kau menyetir dengan sabar. aku duduk disebelahmu,berusaha tenang dan berharap agar lampu merah itu menyala beberapa detik lebih lama. Diluar hujan pula,aku memandangi rinai hujan dan anak anak jalanan yang berlarian mencari uang dan berhujan hujanan,”hei” ujarmu membuka pembicaraan. Aku terkejut dan menoleh “iya?” ujarku. “kamu merhatiin hujan ya?” tanyamu,aku tersenyum dan mengangguk. dari bibirmu,kudengarkan ceritamu yang mengalir tentang hujan dan masa kecilmu. lewat semua ceritamu,aku merasa kita sudah saling mengenal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun