Mohon tunggu...
Luthfi hanifa
Luthfi hanifa Mohon Tunggu... -

just share what will i share :))

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ini Saatnya Bersyukur,kan?

18 Juli 2013   11:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:23 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1374122510843287906

Tanggal 27 Mei kemarin,adalah hari yang paling engga bisa aku lupain. Hari itu,hari Senin. Aku masih dikelas untuk mengikuti intensif SBMPTN. Hari itu,Senin. Aku dan teman teman masih gelisah menunggu pukul 5 sore.

Saat itu aku,farhan,rafif dan teman teman yang lain saling mendoakan. Semuanya gelisah. Semuanya kehilangan konsentrasi saat menghadapi Try Out mingguan yang diadakan bimbel kami. Semua melirik cemas jam yang terus bergerak menuju angka 5

Setelah shalat ashar,aku sudah dirumah. Tidak ada orang. Perasaanku saat itu? Pesimis. Aku tidak akan diterima di ITB. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB seakan diawang awang. Aku takut DO. Dalam benakku selalu ada perasaan itu. Aku memilih setengah hati.

Soal ini…jadi begini.

Aku tadinya memilih studi ekonomi syariah di IPB. Namun teman sekelasku meminta aku untuk mundur,karena dinilai aku memiliki nilai yang cukup bagus untuk tembus ke ITB. Akhirnya,setelah diskusi dengan orang tua dan guru BK. aku memilih Fakultas Teknik. Aku sendiri,tidak begitu menyukai Fisika (walau akhirnya aku mendapat nilai UN terbesar dikelas) apalagi Matematika. Aku tidak tertarik pada ilmu eksakta. Setengah hati,aku memilih FTSL.

Kamu tau apa? Aku tidak berdoa untuk kelulusanku -_­_-

Iya, sial memang. Aku tidak berharap akan lulus di ITB. Terserah kamu mau menilaiku apa,aku bukannya tak mau ke ITB. Tapi ilmu eksaktaku kurasa cukup. Aku ingin belajar ilmu sosial.

Allah swt mendengar keluh hati kecilku. Dia membuatku menangis tanggal 27 Mei. Aku tidak diterima di FTSL ITB. Kecewa pasti ada,walau saat itu aku sudah diterima di Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil di Bandung,tapi perasaan lega jauh mendominasi ketidaklulusanku saat itu. Lega,artinya aku bisa SBMPTN dan memilih ilmu sosial karena aku adalah siswa jurusan IPA yang diperbolehkan mengambil IPC.

Lalu,aku menguatkan diri untuk mengucapkan “selamat” kepada teman teman yang lulus SNMPTN. Mereka,aku tahu nilainya jauh dibawahku. Ah,sudah tidak apa apa.. Aku kembali belajar ke kelas. Kelas bimbelku yang tadinya bejumlah 20 orang,berkurang menjadi 17 orang. Semua yang memandangku masuk ke kelas,tersenyum kecut. Ah,mereka juga tidak lolos. Yasudah.

Beberapa dari mereka,bahkan ada yang merasa ‘terdampar’ karena salah memilih jurusan. Ada yang ingin masuk Fakultas Teknik,tapi lolos di Fakultas Pendidikan. Ada yang ingin masuk ke Fakultas Kedokteran,tapi malah masuk ke Fakultas Ekonomi… Beberapa dari mereka bahkan menangis,tidak mau masuk ke fakultas tersebut,tapi sekolah memaksa agar nilai indeks sekolah tidak turun katanya..

Aku ingat perkataan ayahku,yang juga dijadikan kalimat penghiburku oleh teman-temanku,Allah swt punya rencana yang indah. Aku percaya,Tuhanku memiliki rencana yang indah untukku. Kakak mentorku pun bilang begitu. Apa yang kamu pikirkan,Allah swt kabulkan. Iya,dulu aku berpikir aku tidak akan masuk ITB. Voila! aku tidak lolos. Akhirnya,aku mengubah pola pikirku. Aku meminta kepada Allah swt agar aku diluluskan. Aku juga berdoa,agar Allah swt melihat usaha dan kesungguhanku dalam menjalani bimbel..

Hari ujian SBMPTN tiba.

Entah apa kesalahanku waktu itu,hingga aku sakit panas di hari pertama dan keduaku tes SBMPTN di Cianjur. Aku demam tinggi,sampai aku meminjam hoodie milik Dimas,temanku.Dia meminjamkanku sambil berkata “lo,baru nyampe cianjur doang udah sakit. Katanya mau Semarang. Mana? Gini aja sakit” yang di iya-kan oleh Farhan. Aku hanya diam dan mengenakan hoodie itu. Aku sudah sangat tidak berkonsentrasi mengerjakan TPA dan soal dasar. Ingin menangis rasanya. Perjuanganku selama ini seakan dihapus oleh sakit 2 hari. Setiap membulatkan jawaban di LJK,aku hanya berdoa.. “ya Allah,luluskan ufi ya Allah,luluskan” begitu terus.

Karena kepesimisanku untuk lulus di SBMPTN,aku kembali masuk kelas bimbel untuk bimbingan SIMAK UI. aku belajar lagi,lagi,dan kutahan dalam hati agar mulutku tidak mengeluh pada keadaan. di SBMPTN,aku memilih Fakultas Hukum (Unpad),Pendidikan Fisika (UPI) dan Fakultas Hukum (UNDIP). Sambil terus berdoa untuk kelulusanku,aku membuka dan mengulang pelajaran bimbelku. Aku juga tidak berani mengecek jawabanku walau saat itu kunci jawaban SBMPTN sudah resmi beredar

Bukankah Allah swt Maha Pembolak Balik Perasaan?

Tanggal 8 Juli merupakan ulang tahun Ibuku. Aku kalut. Tanggal ini berbarengan dengan tanggal pengumuman hasil SBMPTN yang dimajukan. Aku ingin memberi kado terbaik untuk ibu. Aku berdoa,untuk kelulusanku. Saat itu,aku hanya mengikuti satu UM. SIMAK UI. Aku sengaja melewatkan UM UNDIP dan UGM karena aku belum berniat meninggalkan Parahyangan

Namun,Allah swt Maha Keren. Pukul 5 sore,setelah selesai tilawah. Aku membuka web. Aku tidak bilang pada ibu,aku sedang membuka web SBMPTN. dengan ucapan Basmallah,aku memasukan nomor peserta dan tanggal lahirku..

voila….

LULUS!! Alhamdulillah,sesuatu yang sama sekali tidak aku bayangkan. Fakultas Hukum UNDIP, Semarang. Jauh,jauh sekali dari rumahku.

Ah,sudahlah. jangan takut selama Semarang masih bumi Allah swt. Ujar ibuku. Bismillahirrahmanirrahim.. UNDIP,aku datang :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun