Mohon tunggu...
Ryan FirmansyahNur
Ryan FirmansyahNur Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Seorang mahasiswa yang minat dalam dunia game

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Indonesia vs Vietnam: Kontroversi Tax Holiday 50 Tahun dan Persaingan Daya Saing Investasi Asing

13 Desember 2024   22:50 Diperbarui: 13 Desember 2024   21:51 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tax holiday telah menjadi alat utama banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, untuk menarik investasi asing langsung (FDI). Sebagai insentif berupa pengurangan atau penghapusan pajak penghasilan badan, tax holiday bertujuan merangsang masuknya modal, transfer teknologi, dan penciptaan lapangan kerja. Namun, implementasinya seringkali memunculkan dilema antara menarik investasi dan menjaga stabilitas fiskal serta keadilan sosial.

Kebijakan tax holiday di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130 Tahun 2020. Pemerintah memberikan pembebasan pajak hingga 20 tahun untuk sektor strategis. Sementara itu, untuk investasi di Ibu Kota Negara Nusantara, insentif dapat mencapai 30 tahun berdasarkan PMK Nomor 28 Tahun 2024.

Namun, permintaan Apple untuk mendapatkan tax holiday selama 50 tahun sebagai syarat mendirikan pabrik di Indonesia menciptakan kontroversi. Meski insentif serupa diberikan Vietnam, permintaan Apple dianggap tidak realistis oleh pemerintah Indonesia karena bertentangan dengan aturan yang ada dan berisiko menciptakan preseden buruk.

1. Daya Saing Regional
   Vietnam, dengan insentif pajak lebih agresif, telah menarik perusahaan global seperti Apple. Dalam konteks ini, Indonesia menghadapi tantangan mempertahankan daya saingnya.

2. Kebijakan Fiskal dan Keberlanjutan
   Memberikan insentif selama 50 tahun dapat merugikan penerimaan negara yang dibutuhkan untuk pembangunan. Kebijakan fiskal harus dirancang untuk menarik investasi berkualitas tanpa merusak stabilitas jangka panjang.

3. Keberlanjutan dan Keadilan Sosial
   Insentif eksklusif bagi perusahaan asing seperti Apple dapat menciptakan ketidaksetaraan dengan pelaku usaha lokal. Kebijakan harus memastikan manfaat ekonomi tersebar luas dan adil.

Kasus Apple menjadi pelajaran penting bagi Indonesia untuk menyeimbangkan daya tarik investasi asing dengan keberlanjutan ekonomi dan keadilan sosial. Kebijakan fiskal yang bijak tidak hanya bergantung pada insentif besar, tetapi juga pada kualitas implementasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun