Mohon tunggu...
Ryan Fauzy
Ryan Fauzy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sebelas Maret

Hai everyone! kenalin aku ryan. aku suka kulineran dan suka travelling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Siapa yang Perundung dan Dirundung?

5 Oktober 2023   13:22 Diperbarui: 5 Oktober 2023   13:29 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perundungan sudah menjadi isu yang terus hangat semenjak 1 dekade terakhir. Perundungan kerap terjadi di lingkungan sekolah baik sekolah dasar, sekolah menengah pertama, maupun sekolah menengah atas. Federasi Serikat Guru Indonesia mengatakan bahwa terdapat 23 kasus kekerasan di sekolah yang terjadi pada Januari hingga September 2023 dan 50 persen di antaranya terjadi di SMP.

Penindakan terhadap kasus perundungan seringnya menyalahkan perundung secara pribadi, padahal terdapat banyak sekali pengaruh atau penyebab yang membangun sifat perundung. Jika dianalisa lebih lanjut terdapat beberapa faktor yang menjadikan anak menjadi perundung di lingkungannya. Faktor-faktor tersebut seperti lingkungan, rasa iri, dan pola asuh orangtua. Salah satu faktor yang sangat perlu diperhatikan adalah bagaimana pola asuh orangtua terhadap anak.

Orangtua merupakan sekolah pertama bagi anak. Oleh sebab itu pola asuh menjadi hal yang sangat penting untuk ditinjau kualitasnya demi menciptakan prilaku dan pola pikir anak yang baik. Pola asuh di Indonesia masih sangat rendah kualitasnya. Hal tersebut dapat dilihat dari kurangnya literasi orangtua terkait bagaimana cara mengasuh anak yang baik dan benar, padahal di lain sisi anak usia prasekolah memiliki kemampuan imitasi atau meniru yang sangat baik.

Banyak ditemukan latar belakang para perundung adalah anak yang mengalami kekerasan di rumahnya baik dilakukan oleh ayah, ibu, atau anggota keluarga lainnnya. Orangtua yang memukul atau membentak anak akan memberikan pemahaman bahwa memukul dan membentak merupakan cara untuk mengekspresikan ketidaksukaan terhadap sesuatu. Kedepannya sang anak ketika mengalami perasaan tidak suka akan cenderung memukul dan membentak temannya untuk mengekspresikan perasaannya. Selain pola asuh, prilaku yang ditunjukkan di depan sang anak juga menjadi contoh yang tidak baik bagi tumbuh kembang anak ke depannya. Seperti orangtua yang suka bergosip membicarakan orang lain akan menjadi contoh bagi anak ketika ia sedang bergaul dengan temannya.

Dapat disimpulkan bahwa pola asuh orangtua sangat berpengaruh terhadap terjadinya perundungan di lingkungan sekolah. Pendidikan tentang pola asuh anak dapat dilakukan dengan sosialisasi di berbagai wilayah. Cara lain untuk meningkatkan pengetahuan pola asuh yang baik adalah dengan dijadikan salah satu materi pranikah sehingga pasangan yang hendak menikah memahami dengan baik tentang pola asuh yang benar. Tentunya andil pemerintah sangat diperlukan untuk mencegah dan menindak adanya perundungan baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun