Mohon tunggu...
Ryanda  Noor Pradana
Ryanda Noor Pradana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa jurusan tafsir dan ulumul Quran fakultas ushuluddin universitas Al-Azhar kairo mesir

Ryanda noor

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Paradigma Pemikiran Indonesia “Go International” dalam Era Globalisasi

8 Oktober 2016   00:04 Diperbarui: 8 Oktober 2016   00:56 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tanpa dirasa kita sekarang hidup pada zaman atau era globalisasi. Seluruh negara memilki hak untuk dapat memasarkan produknya, berdomisili dan menjadi bagian dari warga negara satu dengan yang lainnya. Suatu negara dapat masuk kedalam negara yang lainnya untuk memasarkan atau bahkan berdomisili dalam negara tersebut. Termasuk diantara negara-negara itu adalah “Indonesia”. Indonesia sebagai negara merdeka juga memilki hak yang sama dengan negara yang lainnya. Indonesia memilki banyak potensi baik alam maupun yang tidak berupa alam seperti budaya, adat istiadat, pakaian, tempat wisata dan lain sebagainya. Sebagai negara yang juga merupakan anggota pbb, ternyata Indonesia telah mengibaskan sayapnya dalam kancah internasional. 

Banyak kabar berita yang mengabarkan bahwa bahasa nasional kita yakni bahasa Indonesia menjadi salah satu materi yang dipelajari di salah satu negara di dunia dan menjadi bahasa internasional. Tersiar kabar pula mengenai  seorang diplomat asal Indonesia yang sukses dalam kancah internasional.  Dua hal ini menunjukkan bahwa Indonesia mampu untuk tampil dalam kancah internasional. Akan tetapi hal itu tidak banyak muncul, dan hanya beberapa saja atau tidak semua potensi yang dimilki oleh Indonesia muncul dalam kancah internasional. Lalu apakah penyebab semua ini? Penyebabnya adalah paradigma bepikir orang Indonesia yang sekilas melihat sesuatu biasa-biasa saja yang pada hakekatnya itu adalah pandangan atau presepsi yang mereka ambil sendiri, dimana orang lain belum tentu menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa. Apalagi ditambah keterangan dan sejarah akan munculnya potensi-potensi tersebut seperti budaya-budaya yang ada di Indonesia yang punya sejarah peristiwa masing-masing. Hal yang cukup menarik bukan, bagi orang yang belum pernah mengetahuinya. Maka hal ini dapat menjadi celah bagi Indonesia untuk tidak merasa minder akan potensi yang kita miliki dengan sedikit tambahan asesoris, perawatan yang baik akan hutan, suaka margasatwa dan cagar alamnya, dapat menjadi daya tarik bagi warga asing (selain warga Indonesia) untuk melihat, mengunjungi dan mempelajarinya. Begitu banyak potensi yang kita milki, tidak perlu sumber daya manusia yang menempuh pendidikan yang tinggi dalam pengelolaanya seperti pengelolaan tempat wisata cukup dengan merawat dan membersihkannya lalu memasang tulisan dan menyediakan beberapa warung peristirahatan yang dilakukan oleh warga kampung sekitar, tempat wisata itu dapat ada dan akan dikunjungi nantinya. Melalui brosur, banner atau melalui website dalam pemasarannya. Maka perubahan akan paradigma berpikir kita bahwa yang kita anggap biasa belum tentu biasa di mata orang lain adalah hal yang perlu diketahui sebagai poendongkrak semangat akan kemajuan negara Indonesia khususnya dalam kancah internasional Hanya butuh sedikit asesoris tambahan untuk mempercantik maka potensi-potensi kita sebagi negara Indonesia akan semakin maju dan berkembang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun