Mohon tunggu...
Ryan
Ryan Mohon Tunggu... Freelancer - penulis

dari Flores

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Salib dan Harapan

12 April 2011   03:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:53 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering


Hari-hari ini, dalam masa Pra-Paskah, setiap hari Jum’at, saya kagum melihat umat yang sangat antusias mengikuti Ibadat Jalan Salib. Di mata saya, mereka tampak khusuk, menghayati betul makna peristiwa penderitaan Yesus di via dolorosa itu. Dan, saya hampir yakin seratus persen, dimana-mana, semua orang Kristen mengikuti Jalan Salib dengan model penghayatan yang sama, seperti yang saya lihat dalam hari-hari ini.

Situasi ini melahirkan pertanyaan; apa makna salib? Sebuah pertanyaan klasik yang bisa dibilang usang. Ketika pertanyaan ini saya ajukan pada teman chatting di facebook, mereka spontan menjawab: salib adalah simbol penderitaan dan dosa. Saya sedikit sepakat dengan mereka, apalagi kalau kita berkaca pada peristiwa salib Yesus. Ia menangggung penderitaan. Ia memikul salib, yang kita yakini sebagai beban dosa kita.

Tapi, apakah hanya sebatas itu? Tentu saja tidak. Mengapa kita mau memaknai peristiwa salib, bahkan ada yang mencoba solider dan menghadirkan pengalaman derita Yesus itu lewat cara berpuasa, pantang, askese dan sebagainya. Mengapa justru, berhadapan dengan salib, kita seakan-akan ingin menggauli penderitaan. Apa yang menggerakkan kita untuk memaknai detik-detik perjalanan Yesus menuju Golgota.

Saya menemukan jawaban ini; dari pengalaman Yesus, kita tetap tidak kehilangan satu hal, yakni ”harapan”. Bahwa dalam suasana derita, kita sadar bahwa akan tiba waktunya kita boleh merasakan kemenangan. Inilah kiranya alasan yang membuat kita, mau bertahan dalam suasana derita bahkan mau menghidupi suasana derita itu. Pengalaman penderitaan Yesus, yang kemudian sampai pada pengalaman kebangkitan menjadi protipe sekaligus cermin bagi kita, bahwa penderitaan selalu disertai kemenangan. Karena itu pula, kita memiliki keyakinan ini; kesetiaan dan kesediaan untuk menderita merupakan jalan menuju keselamatan.

Dalam salib, kita mengalami saat-saat persiapan menyongsong kemenangan. Hanya dengan keyakinan seperti ini, maka kita mau menerima dan bahkan dengan sengaja mencari cara untuk menghayati pengalaman salib itu. Dalam salib, kita tetap tidak kehilangan satu hal, yakni harapan***.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun