Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki jumlah populasi penduduk terbanyak sehingga setiap perubahan maupun inovasi yang terjadi akan langsung masuk dan dirasakan oleh penduduknya termasuk dalam bidang teknologi. Masyarakat kini lebih banyak menonton video diinternet ketimbang nonton tayangan ditelevisi.
Hal tersebut terungkap dari data yang telah dikumpulkan oleh We Are Social, dalam setahun mulai dari 2015 hingga 2016, ada kenaikan sekitar 15% pengguna internet di Indonesia.[1] Kemungkinan di akhir 2016 mendatang, kenaikan masih akan terus berlanjut dan semakin signifikan. Data ini masih terus bertambah dimana penggunaan media sosial melalui smartphone menjadi meningkat sebesar enam persen dari tahun sebelumnya.
Itulah mengapa penggunaan gadget semakin meningkat dan pembelian gadget baru yang mumpuni dengan sistem media sosial yang diunduh pun juga meningkat. Sementara menurut APJII atau singkatan dari Asosiasi Penyelenggara jasa Internet Indonesia mengatakan bahawa 48% dari 88,1 juta orang pengguna internet itu merupakan masyarakat pengonsumsi internet harian. Itu artinya, warga Indonesia tidak bisa lepas dari gadget dan internet untuk mengakses media sosial setiap harinya.
Banyak orang yang kini menggantikan kebiasaan menonton televisi atau mendengarkan radio melalui perangkat konvensional dan berganti dengan penggunaan layanan streaming seperti Netflix, perangkat mobile, dan layanan web seperti Youtube. Sebagian masyarakat Indonesia yang meninggalkan TV tidak lepas dari menurunnya kualitas program-program TV yang ada di Indonesia saat ini.
Contoh acara TV yang memiliki kualitas buruk adalah acara musik yang hanya menampilkan tingkah aneh para hostnya. Dalam sebuah kasus ada sebuah acara semacam itu yang akan ditayangkan kembali oleh salah satu stasiun TV swasta di Indonesia.
 Akun resmi sosial media televisi itu mencoba melakukan survei dan hasilnya dari sekitar 6.400 komentar sebagian besar menolak acara tersebut tayang kembali [2]. Pemirsa yang enggan menonton acara semacam itu akhirnya beralih ke layanan streaming di internet. Hal ini dikarenakan lebih banyak acara yang diminati di internet seperti film yang berkualitas, TV series yang memiliki alur cerita yang menarik dan banyak video yang memiliki konten yang berguna.
Apakah benar televisi konvensional kini telah tergantikan oleh layanan streaming internet? Pada saat ini televisi masih menguasai ranah media di Indonesia, tetapi internet telah mencapai peringkat kedua setelah televisi.Â
Hal ini diketahui berdasarkan survei Nielsen Consumer Media View yang dilakukan di 11 kota di Indonesia, penetrasi televisi masih memimpin dengan 96% disusul dengan media luar ruang (53%), internet (44%), radio (37%), koran (7%), tabloid dan majalah(3%). Selain itu berdasarkan survei Nielsen Cross-Platform 2017, terjadi peningkatan akses internet oleh netizen di hampir semua tempat.
Beberapa tempat di antaranya adalah kendaraan umum (53%), kafe atau restoran (51%), bahkan di acara konser (24%) pun mengalami peningkatan dalam jumlah akses media digital dibandingkan 2015. Peningkatan juga terjadi untuk akses internet dari rumah dan tempat bekerja.
Berdasarkan data dari hasil survei tersebut dapat diketahui bahwa peran televisi ini secara perlahan mulai tergantikan. Hal ini disebabkan oleh dua faktor yaitu menurunnya kualitas acara TV dan meningkatnya akses internet di Indonesia. Menurunnya kualitas acara televisi di Indonesia terlihat dari data yang dipaparkan oleh Komisioner KPI Pusat Nuning Rodiyah yaitu bahwa kategori program siaran televisi yang dinilai berkualitas dengan indeks 3 itu hanya mencakup empat program. Yaitu wisata budaya, religi, anak-anak dan talkshow. Sedangkan program lainnya belum mencapai standar indeks yang ditetapkan KPI.Â
Faktor penyebab TV mulai tergantikan lainnya adalah meningkatnya akses internet di Indonesia. Hal itu ditunjukan dari laporan "year-end mobile content consumption trend of 2016 in Indonesia" dikatakan, meningkatnya aksesibilitas serta penyebaran pengguna selular, turut membantu mempromosikan pentingnya peran internet dalam lanskap media di Indonesia. UC News mencatat pemakai internet mencapai 42,5% dari total populasi di Indonesia. Waktu penggunaan rata-rata 354,2 menit per minggu. Internet membuntuti media TV yang dicatat UC News mencapai jumlah pemirsa 99,8% dari total populasi dengan durasi rata-rata 1.782,5 menit setiap minggu.Â
Berdasarkan uraian data diatas, saya mencoba menggali lebih dalam fenomena apa yang sebenarnya terjadi dikalangan pemirsa televisi. Dalam tambahan ini saya membagi segmen televisi berdasarkan umur yaitu balita (1-5), anak-anak (5-12), remaja muda (12-18), remaja dewasa (18-25), dewasa (25-40). Dari pembagian segmen tersebut saya mewawancarai beberapa diantara sehingga dapat diketahui uraian data sebagai berikut.
Konsumen TV pada usia balita (1-5) melihat acara TV hanya di stasiun televisi "RTV" dikarenakan masih banyak menayangkan animasi khusus untuk anak balita seperti Chuggington, Tayo The Little Bus, dan Robbocar Poli.Â
Tidak hanya itu orang tua dari balita tersebut juga menayangkan animasi dari youtube untuk membantu tumbuh kembang balita tersebut seperti Shaun the sheep, learn colors for childern. Orang tua dari balita di Indonesia pada jaman ini lebih banyak menayangkan animasi dari layanan streaming di internet karena mereka dapat mengontrol dan juga memilih mana tayangan yang sesuai pada tahap tumbuh kembang anak balita tersebut.
Pada usia anak-anak (5-12) mereka masih dalam pengawasan orang tua dan mulai bersekolah. Karena kegiatan sekolah tersebut, anak-anak kebanyakan hanya menonton acara televisi pada waktu akhir minggu. Acara televisi yang mereka tonton seperti Spongebob pada pagi hari dan Si Bolang pada siang hari. Dari hasil wawancara terhadap anak usia 8 tahun dapat diketahui bahwa setelah menonton acara tersebut mereka lebih banyak menghabiskan waktu bermain game dan bermain bersama teman-temannya. Hal ini dikarenakan setelah jam tayang acara nak tersebut langsung disambung dengan acara orang dewasa seperti berita, sinetron dan talk show.
Pada segmen usia remaja muda dan remaja dewasa mereka memiliki waktu luang yang sedikit. Remaja muda dalam kesehariannya menghabiskan waktu di sekolah dan pulang pada sore hari sehingga acara TV dalam waktu tersebut tidak dapat di tonton oleh kabanyakan anak SMA. Tidak terlalu beda dengan remaja dewasa yang waktunya disibukan untuk kuliah dan mengerjakan tugas kuliah peluang melihat acara televisi berkurang.Â
Menurut anak SMA yang saya wawancarai, penyebab kalangan SMA saat ini jarang menonton acara televisi adalah selain karena waktu juga karena kualitas acara TV yang menurun. Hal ini karena acara TV saat ini terlalu banyak rekayasa seperti contohnya rumah uya dan survivor. Menurutnya dengan terlalu banyak acara rekayasa semacam ini malah membuat masyarakat Indonesia seakan terlalu mudah ditipu dan mudah percaya dengan hal-hal subjektif yang tidak pasti.Â
Tidak hanya itu menurut segmen remaja dewasa menurunnya kualitas TV adalah karena orang-orang menonton siaran televisi mempunyai dua tujuan yaitu mendapat hiburan dan mendapatkan informasi. Dalam urusan informasi, TV saat ini lebih lambat dari internet sedangkan masyarakat lebih menginginkan hal yang cepat. Sehingga masyarakat mulai dalam mendapatkan informasi lebih mengandalkan internet dari pada TV yang selain lambat juga tidak bisa mobile atau hanya bisa dilihat di ruang tertentu.
Segmen usia selanjutnya adalah usia dewasa dan tua ini memiliki banyak aktifitas. Diusia dewasa dan tua penggunaan smartphone tidak sebanyak pada segmen usia remaja, hal ini dikarenakan penggunaan gadget untuk mengakses media sosial kebanyak hanya untuk urusan bisnis atau perkerjaan selain itu hanya digunakan untuk berkirim pesan. Hal ini membuat jam menonton televisi sedikit lebih banyak pada rema dijaman sekarang.Â
Orang dewasa kebanyakan menonton televisi hanya untuk mendapatkan informasi dari berita yang disiarkan ditelevisi. Menurut pendapat dari salah seorang dari segmen usia dewasa bahwa berita sekarang berbeda dengan tayangan berita jaman dahulu. Tayangan berita yang ada di jaman sekarang sudah banyak terkontaminasi dengan adanya campur tangan politik.
Hanya sedikit berita TV nasional maupun lokal memberikan berita secara netral. Antara media satu dengan media lainya saling melempar pemberitaan yang menjatuhkan. Banyak juga TV yang menyiarkan berita konvensional untuk mengejar rating sehingga berita di TV tidak hanya untuk kepentingan publik melainkan untuk kepentingan politik.Â
Jadi dapat disimpulkan bahwa peran televisi konvensional saat ini telah tergantikan oleh layanan streaming internet dan media sosial. Namun televisi tetap memegang peranan penting karena proses publikasi suatu informasi memiliki tahapan-tahapan evaluasi yang tidak sembarangan, sehingga memang informasi yang didapat melalui televisi lebih lambat dari pada media online lainnya. Tetapi walaupun begitu, original dan kualitas berita masih lebih baik televisi.
Tergantinya posisi televisi dapat diketahui berdasarkan data sebelumnya dari Nielsen Consumer Media View bahwa layanan internet menjadi urutan kedua setelah TV, selain itu juga diketahui bahwa perkembangan internet di Indonesia sangat pesat. Hal tersebut karena pemakai internet mencapai 42,5% dari total populasi di Indonesia. Dengan perkembangan internet yang pesat ini maka peran TV sebagai komunikasi massa mulai digantikan dengan layanan internet di Indonesia.Â
Salah satu faktor yang mempengaruhi tergantinya peran TV adalah kualitas acara TV yang kurang menarik. Berdasarkan lima segmen masyarakat yang dibagi berdasarkan usia, pada konsumen usia balita para orang tua lebih menginginkan acara TV yang mendukung tumbuh kembang anaknya.
Menurutnya acara TV di Indonesia masih minim untuk usia balita. Pada segmen usia remaja yang disibukan oleh kegiatan akademis, kualitas TV yang menurun disebabkan oleh terlalu banyak rekayasa dan juga informasi yang didapat kalah cepat dengan internet. Selanjutnya pada usia dewasa, menurunnya kualitas TV disebabkan oleh keikut campuran politik dalam tayangan yang ada pada TV.
 Dari semua pendapat masyarakat mengenai TV dapat disimpulkan kualitas TV di Indonesia yang menurun menjadi faktor utama tergantinya peran TV. Oleh karena itu menurut pendapat saya memang benar jika saat ini televisi di Indonesia perlahan mulai tergantikan oleh layanan internet karena salah satu contohnya dalam perihal mendapatkan informasi, TV saat ini kalah dengan media sosial karena lebih cepat menyampaikan informasi kepada konsumen atau masyarakat. Tetapi memang tidak dapat dipungkiri kalau proses tergantinya peran TV oleh layanan internet tidak berlangsung singkat.
Hal ini karena TV masih memegang peranan penting dan juga masih menjadi acuan sebagian masyarakat Indonesia untuk mendapatkan informasi.Â
Walaupun memang dicampuri oleh urusan politik namun berita di televisi masih minim akan hoax. Penyebaran informasi melalui media sosial diinternet yang sangat cepat membuat rawan sekali dengan hoax. Hal ini karena situs berita online yang tidak pasti asalnya "abal-abal" juga bisa menerbitkan suatu artikel atau berita. Selain itu karena ada undang-undang yang mengatur mengenai penyebaran hoax maka tv dapat dijadikan acuan untuk mendapatkan infornasi.
  Â
[1] Data kenaikan pengguna internet dalam www.wearesocial.com, diakses pada tanggal 1 April 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H