Di era globalisasi, kita mengalami krisis identitas dan lunturnya kecintaan terhadap tanah air oleh bangsa sendiri, terutama di kalangan anak muda. Kemudahan bertukar informasi dari berbagai belahan dunia membuat kita lebih tertarik dengan kebudayaan dan produk-produk luar negeri.
Hal tersebut sebenarnya boleh-boleh saja, namun kita tidak boleh berlebihan hingga melupakan budaya, produk, dan keunikan bangsa kita sendiri. Jangan sampai kita terlalu berkiblat kepada budaya asing hingga melupakan budaya sendiri. Lebih parahnya lagi jika kita tidak bisa menyaring budaya luar tersebut dan ikut-ikutan melakukan budaya (negatif) yang bertentangan dengan sopan santun dan budaya lokal kita.
Dalam tren konten media sosial pun, hal-hal negatif yang mengarah ke pornografi malah dianggap sebagai “konten pemersatu bangsa”, sungguh miris. Selain itu, tren konten seperti prank juga bertentangan dengan budaya kita yang menjunjung tinggi kesopanan dan menghormati orang lain.
Demi menjadi viral, ada juga konten-konten penghinaan terhadap negara, seperti menghina Pancasila, membakar bendera merah putih, dan sebagainya. Entah apa alasannya, mungkin mereka berpikiran “buat konten saja dulu, nanti kalau ada apa-apa tinggal minta maaf dan klarifikasi”. Inilah contoh tren dan pengaruh budaya yang harus kita tinggalkan.
Menyadarkan Pentingnya Cinta Tanah Air
Pendidikan sejak dini mengenai cinta tanah air menjadi sangat penting, mulai dari didikan orang tua hingga pendidikan di bangku sekolah. Tentu kata-kata dan materi pembelajaran saja tidak cukup, orang tua dan guru pun harus memberikan contoh yang baik terhadap anak-anak dan para siswa.
Banyak hal yang bisa dilakukan sebagai perwujudan cinta tanah air, seperti meningkatkan literasi dan memperbanyak ilmu untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari (masalah pribadi maupun dalam masyarakat), turut menjaga ketertiban dalam masyarakat, melestarikan budaya lokal, dan masih banyak lagi.
Jangan sampai kita lupa terhadap budaya kita sendiri, apalagi hingga budaya kita diklaim oleh bangsa asing seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
Pemerintah pun juga harus mendukung bakat-bakat yang dimiliki anak bangsa, jangan sampai bakat tersebut disia-siakan di negara sendiri dan diambil oleh negara lain.
Misalnya mobil listrik “Selo”, mobil ciptaan Ricky Elson tersebut pernah tidak lolos uji emisi dan ditolak pemerintah Indonesia, sementara Malaysia tertarik untuk melanjutkan dan mengembangkan mobil listrik tersebut. Tak sedikit pula orang Indonesia yang berkarya di negeri lain karena tidak mendapat dukungan di negeri sendiri.
Menghindari Barang Palsu dan Mencintai Produk Lokal