Hai kawan semua, saya mau melanjutkan cerita tentang "Individu Autis Kuliah di Perguruan Tinggi". Sebelum baca artikel ini saya ucapakn Selamat Idul Fitri 1444H, Mohon Maaf Lahir dan Batin.Â
Sebelumnya, silahkan baca artikel Seri-1: Senangnya Diterima di Perguruan Tinggi Negeri dan Seri-2: Suka Duka Pengalaman Kuliah. Jika sudah, silahkan simak kisah berikut ini.
Pada semester keenam, kami sempat mengikuti kegiatan tatap muka selama 2 pekan, sisanya dilaksanakan secara daring karena Pandemi Covid-19 sesuai dengan kebijakan Covid-19.Â
Pada saat masih tatap muka, saya tetap mendukung Dewi Larasati, teman satu prodi mewakili Fakultas di acara Mawapres UNJ 2020. Namun, saat pulang acara Mawapres hari pertama, saya bertemu salah satu mahasiswa memakai kemeja kotak-kotak dominan merah mahasiswa yang berkata "b*****t" di depan Gedung G Kampus A UNJ lalu saya potret dan kirim ke dosen tekait, lalu mahasiswa tersebut berkata "a****g lu g****k" dan keesokan harinya mahasiswa dengan kemeja biru yang berbicara kasar pada hari kemarin ke saya untuk meminta maaf.
Saat yang sama, saya mengulang pembelajaran untuk anak berkesulitan belajar pra akademik yang diajarkan oleh Ibu Leliana Lianty karena mendapat nilai E dari Ibu Prof. Martini Jamaris.Â
Saat mengulang mata kuliah tersebut, saya belum sempat mengambil mata kuliah pembelajaran seni dan keterampilan untuk anak berkebutuhan khusus yang diajarkan oleh Pak Budi Santoso, sisanya mengambil mata kuliah satu kelas sama kembaran saya, termasuk mata kuliah Braille dan Pendalaman Autis.
Pada saat acara musyawarah tahunan anggota KMK SF UNJ, saya bersama kembaran saya mengikutinya dengan baik karena musyawarah diadakan seperti tahun sebelumnya tapi lebih pendek termasuk pemilihan ketua KMK SF UNJ 2020 dari mahasiswa angkatan 2017.
Kami hanya mengandalkan wifi dari rumah untuk kegiatan belajar mengajar secara daring. Sejak April sampai seterusnya, terapi di Poli Psikatri RSCM dilanjutkan setiap bulan yang sebelumnya diadakan 2 minggu sekali, namun awalnya terapi diadakan 2 bulan sekali karena pandemi yang masih berlanjut pada saat bulan suci Ramadan kemudian baru sebulan sekali.
Saat ujian akhir semester, saya pernah mendapat nilai B- pada pembelajaran untuk anak berkesulitan belajar pra akademik. Begitu juga dengan mata kuliah lain sehingga mendapat nilai di atas B-, termasuk remidial pendalaman autis. Saya juga pernah mendapat nilai C, sedangkan kembaran saya mendapat nilai D pada mata kuliah Pendalaman Autis yang diajarkan oleh Ibu Suprihatin.Â
Saat itu, Ibu Suprihatin memberi remidial berupa pengumpulan tugas yang belum selesai dan memperbaiki proposal penelitian. Setelah remedial, kami berdua masing-masing mendapat nilai B. Sedangkan, saat pemilihan tempat praktek kegiatan mengajar (PKM), kami perlu disarankan untuk berkonsultasi dengan Ibu Neni, sehingga mendapatkan SLB Pelita Hati, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Pada semester ketujuh, saya mulai membuat seminar usulan proposal. Pihak program studi sempat merencanakan PKM di semester ini, namun karena banyak yang belum setuju maka diundur ke semester berikutnya. Saya membuat proposal mengenai "Pengalaman Kuliah Daring dalam Perspektif Autistik".