Mohon tunggu...
Candra N. Pangeran
Candra N. Pangeran Mohon Tunggu... Aktor - pelaku teater yang menulis dan menari

menulis beberapa antologi puisi dan menciptakan puisi genre baru CANDRIKAN

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Catatan Hitam Pencatat Luka

12 Oktober 2015   10:56 Diperbarui: 12 Oktober 2015   11:05 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Adalah hujan ketika wajahmu menjadi  maya mengisi ruangruang malam sepanjang garis sinar bulan yang diam tergantung pada sudut kesunyian melahap cakrawala dengan hati yang meradang sepenuh gundah hingga fajar menghapar aurora saat kerlingmu melarik sepanjang pelangi yang kau curi dari kegenitan para bidadari hingga begitu banyak percakapan gaib yang kita jalin menjadikannya seperti lukisan Jean Jacques Rousseau di abad pertengahan menggugah masa neo klasik menjadi kurang dramatis

 

Adalah sunyi ketika bisikmu tak lagi terbang bersama angin senja yang basah melintas padang ilalang di lembah selatan kaki bukit membingungkan sepasang tekukur yang berpelukan pada sebatang dahan yang mulai mengering memicingkan mata bintangbintang menerjemahkan waktu yang kau sisakan hingga jatuh di rumputan yang tak lagi berembun sebab Shakespeare telah merebutnya menjadi airmata di setiap lakon yang ditulisnya

 

Adalah getar jantung yang ketakutan dari sebuah janji hati yang akan dipertemukan dengan sebuah rasa yang diamdiam menebarkan sayapnya selembut nafas Gibran meski ujung belati bersiap berkilapkilap menikam kenyataan hingga air mata menjadi darah dari luka nganga yang akan sulit tersembuhkan oleh perjalanan abadabad

 

Adalah pekat kopi hitam yang tersaji di meja serambi senja itu serupa duka cinta yang dipendarkan lentera di sudut tiang bergantung sendirian melamun merayapi malam hingga beku dingin dan sepi hanya seratus kunangkunang terbang dengan diamnya di kejauhan meninggalkan bias kabut yang menggigil sehabis hujan sampai pada akhirnya satu hati kembali dipadamkan matahari yang mengantar kematian candra n. pangeran tanpa taburan mawar atau kamboja bahkan doadoapun tersesat meratapi langit

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun