1. Melalui pengkaderan organisasi. Pengaderan organisasi adalah kegiatan pembinaan terhadap anggota dan atau calon anggota dari organisasi simpatisan atau pengusung radikalisme. Pertama Pengkaderan internal. Pengkaderan internal biasanya dilakukan dalam bentuk training calon anggota baru dan pembinaan anggota lama. Rekruitmen calon anggota baru dilakukan baik secara individual maupun kelompok. Rekrutmen individual biasanya dilakukan oleh organisasi radikal Islam bawah tanah seperti NII, ISIS dsb. melalui apa yang sering disebut dengan pencucian otak (brainwashing).Kemudian kegiatan-kegiatan pengajian yang diselenggarakan oleh kelompok-kelompok radikal juga berisi tentang pemahaman-pemahaman Islam yang sarat dengan muatan radikalisme, seperti anjuran untuk memusuhi pihak lain yang dianggap bertentangan yang dibungkus dengan konsep al-wala wa al-bara’ misalnya. Kedua, mentoring agama Islam. Pada awalnya, kegiatan mentoring agama Islam dilaksanakan di beberapa kampus Perguruan Tinggi Umum dan dimaksudkan sebagai kegiatan komplemen atau pelengkap untuk mengatasi terbatasnya waktu kegiatan perkuliahan PAI di ruang kelas. Sekarang ini, kegiatan mentoring agama Islam juga bisa dilihat di beberapa sekolah menengah (SMA/SMP). Biasanya, para trainer (sering disebut mentor atau murabbi) berasal dari kakak-kakak kelas atau pihak luar yang sengaja didatangkan. Kegiatan mentoring PAI di sekolah maupun di perguruan tinggi sering dimanfaatkan oleh para mentornya untuk mengunjeksi ajaran Islam yang bermuatan radikalism.10 Ketiga, Pembinaan Rohis SMA/SMP. Kegiatan siswa yang tergabung dalam Kerohanian Islam (Rohis) juga bisa menjadi sasaran empuk ideologi radikal. Kegiatan-kegiatan kesiswaan sering disusupi oleh pihak luar yang diundang untuk mengisi kegiatan tersebut.
2.Melalui masjid-masjid yang berhasil “dikuasai”. Kelompok Islam radikal juga sangat lihai memanfaatkan masjid yang kurang “diurus” oleh masyarakat sekitar.
3. Melalui majalah, buletin, dan booklet. Penyebaran ideologi radikalisme juga dilakukan melalui majalah, buletin dan booklet.
4. Melalui penerbitan buku-buku. Faham radikalisme juga disebarkan melalui buku-buku, baik terjemahan dari bahasa Arab, yang umumnya ditulis oleh para penulis Timur Tengah, maupun tulisan mereka sendiri. Tumbangnya pemerintahan Soeharto membuat kelompok-kelompok radikal yang dulu tiarap menjadi bangun kembali. Euforia reformasi ternyata juga berimbas dengan masuknya buku-buku berideologi radikal seperti jihad dari Timur Tengah ke Indonesia. Para penerbit pun tidak segan-segan untuk menerbitkan buku-buku terjemahan tersebut kepada masayarakat.
5. Melalui internet. Selain menggunakan media kertas, kelompok radikal juga memanfaatkan dunia maya untuk menyebarluaskan buku-buku dan informasi tentang jihad. Abdul Munip (2012)
PANDANGAN TOKOH