"Alangkah tak enak masuk ke musim baru. Belajar baru, memoles hati baru lagi. Apalagi bila tahu, yang sebelumnya sudah menjadi manis dan setelahnya manis baru akan menjadi."
Betapa ucapanmu hanya menginginkan bagian mana dari semua yang sudah-sudah. Meski toh kau tahu, kau tak akan pernah bisa menahan semuanya. Menggenggamnya erat-erat dalam jemari tanganmu lalu ingin mengulangi masa, seperti memencet remote ke bagian terfavorit dan tinggal di sana selamanya.
Lalu kau mulai berpikir, musim telah merenggut apa yang masih ingin kau nikmati. Betapa seolah-olah ia berlaku tak adil dengan merampasnya darimu. Dan, mungkin itu sebabnya, duka kini membangun rumahnya yang permanen di relung hatimu.
.
Tapi, ah musim, bukankah ia selalu berubah. Perhatikan, bahkan anak daun yang bergantung di dahan pun tahu, sebentar ia ada, bermain dengan angin, menangkap fajar, namun mungkin esok, mungkin lusa, atau mungkin tadi pagi sebelum engkau bangun dari tidurmu, ia kembali pada tanah yang menjadikannya.
.
Karena sebaik-baik tahun adalah seluruh musim. Musim D untuk D-uka dan musim S untuk S-uka. Berdua, mereka tampak begitu dekat, nyaris sama, hanya beda di kepala dan kembar dari leher ke kaki.
Jangan-jangan ada alasan untuk ini.
Mungkin kau merasa jarak dari D untuk Duka ke S untuk Suka serupa ribuan kilometer dalam susunan alfabetis nasibmu. Betapa jauh rasanya perjalanan yang harus kau lalui dan hal terbaik yang bisa hanyalah menunggu. Tetapi apa yang orang katakan tentang menunggu sepertinya menghantui dan menjadi ketakutan terbesarmu. Katanya, "Banyak orang yang hilang dalam penantian!"
Namun bila kau mau, D untuk Duka dan S untuk Suka begitu dekat, begitu berhimpun di depan dirimu. Selalu. Kau menghirup dan menghelanya setiap saat. Setiap hari. D untuk Duka memang selalu menyakitkan, lebih sering membuatmu tak berdaya, tapi juga akan banyak S untuk Suka sebagai penanda, hidup tak selalu tentang duka, dan perjalananmu tak melulu tentang airmata kepedihan. Ia juga berupa S untuk Suka, yang mungkin kini dan di situ mesti kau bangun dulu dari anak-anak tangga kalimat duka.
.