Mohon tunggu...
Ryan Budiman
Ryan Budiman Mohon Tunggu... Freelancer - Sedang Menulis

Berbagi, sambil menata kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rendra dan Kedaulatan Maritim

24 September 2012   01:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:50 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia memang negeri maritim. Siapa menyangkal? Lautannya lebih luas dari daratan. Daratannya kumpulan kepualaun yang disatukan lautan. Namun sayang, negeri ini tak mencerminkan negeri maritim. Orientasi kebijakannya di darat, kekuatan militer yang terkuat di darat, dan transportasi yang baik ada di darat.

Sebuah negeri maritim mungkin perlu kebijakan maritim dari penguasanya. Tapi berbicara tentang apa yang diperlukan negara maritim bukan monopoli para tuan pemegang kebijakan. WS Rendra, sang seniman, bahkan dengan lantang mengusulkan penyelenggaraan suatu seminar dengan topik kelautan, pada pertengahan tahun di tahun 2005.

Apa yang diusulkan sang seniman dalam sebuah kertas usulan? WS Rendra mengusulkan sebuah tertib maritim yang mencakup (1) hukum maritim; (2) administrasi maritim; (3) manajemen maritim.

Hukum maritim terdiri dari hukum privat dan hukum publik. Administrasi maritim terdiri dari administrasi niaga dan administrasi negara. Manajemen maritim mencakup manajemen perusahaan maritim dan pemerintahan maritim. Sedangkan pengorganisasian otoritas maritim adalah dalam bentuk organisasi pengawalan laut dan pantai (sea guard and coast guard), pejabat syahbandar (harbor master), dan nakhoda kapal.

Sang penyair menambahkan dalam catatannya di kertas usulan tersebut: Tertib maritim semacam inilah yang telah dipakai oleh pemerintah Hindia Belanda, sebagai negara maritim, untuk mempersatukan seluruh kepulauan nusantara dari sejak Gubernur Jenderal Van der Cappelen (1821) sampai tahun 1949.

Seorang seniman telah berpikir untuk masa depan dengan berdasar pada kenyataan jauh di belakang.

(disarikan dari Semua Berawal dengan Keteladanan.)

di-posting juga di ryakair.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun