Mohon tunggu...
Slamet Riyadi
Slamet Riyadi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

sederhana saja

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Apalagi Yang dibanggakan dari Liga Jegerrr Indonesia?

2 Januari 2013   08:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:38 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Di akhir musim kompetisi 2012dan menjelang musim kompetisi 2013 semakin terlihat bopeng muka kompetisi sepakbola yang katanya ter jegerrr di Indonesia ini.  Dengan semakin dekatnya gelaran kompetisi a.k.a  turnamen terlama yang berjudul  Liga Super Indonesia, borok-borok yang disimpan rapat-rapat mulai jelas terlihat.  Satu persatu bersuara karena tidak sanggup lagi menyembunyikan keadaan yang selama ini ditutup-tutupi.

Dari satu sisi saja, yaitu manajemen keuangan sudah dapat dilihat bahwa selama ini mereka (klub-klub dan pengelola komptisi) tidak belajar bagaimana menjalankan kompetisi yang sehat.  Tanda-tandanya sangat jelas:

1. Turnamen selesai tunggakan gaji masih menumpuk, padahal kas kosong, bahkan ada yang sampai ada yang urusannya harus diselesaikan dengan cara tragis (meninggal dahulu baru diselesaikan)

2.Turnamen selesai masih berhutang sewa stadion, dan kemungkinan bukan cuma 2 klub, hanya 2 klub saja yang berani mengungkap ke media, atau terpaksa terungkap.

3.Turnamen selesai pihak manajemen kompetisi (PT LI) bukannya menangguk untung dari sponsor malahan menangguk hutang ke sponsor.

Tiga fakta tersebut merupakan pertanda  bahwa mereka bukanlah liga terjegerrr. Mereka liga biasa-biasa saja, bahkan cenderung memprihatinkan karena yang selama ini terlihat mewah, meriah, adalah semu belaka.  Itu  karena kucuran dana rakyat yang tidak pernah henti mereka nikmati.  Begitu dana rakyat ini mulai diperuntukkan sesuai aturannya mereka megap-megap.  Ramainya penonton bukanlah karena mereka itu fans sejati yang siap membeli tiket terusan sampai akhir musim untuk klub tercintanya.  Mereka menonton karena mereka butuh hiburan murah meriah.  Seperti di kampong-kampung kalau ada turnamen sepakbola menjelang 17 Agustusan, maka penonton akan membludak karena gratis.  Tapi ketika mereka harus membayar tiket, apalagi sampai diatas 25 ribu maka penonton akan menyingkir,  memilih mencari hiburan lainnya.

Kenapa tidak saya bandingkan dengan klub-klub yang ada di IPL?

Jawabannya sederhana, karena saya memang tidak berniat membandingkan.  Dan kalaupun dipaksakan membandingkan maka yang muncul adalah perbandingan berat sebelah melihat fakta bahwa IPL baru berjalan satu musim kompetisi dengan begitu banyaknya rintangan dan tantangan, terutama dengan adanya turnamen yang dibuat seolah olah kompetisi yang tentu saja akan memecah perhatian khalayak.  Kalau IPL diberi kesempatan sama dengan kesempatan yang pernah diperoleh ISL (meski minus dana rakyat)  saya yakin 100% hasilnya akan jauuuh lebih baik daripada turnamen jegerrr Indonesia.

Dan dari segi yang lainnya silahkan direnungkan apa prestasi hebatnya yang membawa nama Indonesia memancar diseluruh Asia, atau bahkan kalau mungkin dunia.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun