Mohon tunggu...
Ahmad Muhtar Wiratama
Ahmad Muhtar Wiratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Masyarakat dan Penulis Amatir dari Rawamangun

Menulis untuk senang-senang... Instagram: @amw.1408

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Juventini, Selamat Datang di Banter Era!

22 September 2022   12:20 Diperbarui: 22 September 2022   12:33 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Liga-liga sepak bola Eropa memang baru saja dimulai dan memasuki bulan yang kedua, namun camkan ini: Juventus bisa dipastikan tidak akan lolos ke Liga Champions musim depan! Tidak melalui jalur Serie A, apalagi melalui jalur kompetisi Eropa. Di Serie A saat ini saja, Juventus mungkin hanya tim terbaik kelima atau bahkan keenam. Di atasnya masih ada Napoli, AC Milan, AS Roma, Inter Milan yang sesama tim pesakitan, dan salah satu dari Atalanta atau Lazio -- kalau bukan keduanya. Di Liga Champions? Dua kali kalah dalam dua laga awal sudah cukup untuk memupus harapan lolos dari fase grup. Satu-satunya asa yang masih tersisa adalah melalui jalur Liga Europa, dan mempertimbangkan realita yang ada saat ini, itupun terlihat suram.

Kondisi Juventus saat ini cukup miris. Hampir tidak terlihat sisa-sisa kejayaan tim yang mencatatkan rekor dengan menyabet titel Serie A sembilan kali beruntun hanya tiga musim yang lalu. Padahal, tulang punggung Juventus musim ini masih relatif sama dengan skuad musim 2019-2020 yang terakhir kali meraih scudetto. Penjaga gawang masih dipegang Wojciech Szczsny, lini belakang dikomandani Leonardo Bonucci, lini tengah malah lebih bagus dengan ketambahan Manuel Locatelli dan kembalinya Paul Pogba, plus masih ada sisa skuad scudetto di sana dalam diri Adrien Rabiot. Satu-satunya perbedaan berarti ada di lini depan yang kehilangan Cristiano Ronaldo dan Paulo Dybala, namun boleh jadi sudah ditambal dengan baik melalui kehadiran Dusan Vlahovic dan Angel Di Maria, plus wajah lama Federico Chiesa.

Berita buruknya bagi Juventini adalah: ini bukan titik nadir tim kesayangan mereka. Melihat tanda-tanda yang ada, bisa jadi ini hanyalah awal dari banter era Juventus yang mungkin dapat bertahan hingga bermusim-musim lamanya. Seperti apa sebenarnya analisis kejatuhan Si Nyonya Tua dan bagaimana mereka bisa mencegah keterpurukan yang lebih dalam lagi? Di bawah ini adalah beberapa masalah yang harus dipecahkan oleh Juventus sebelum mereka menjadi tim lelucon layaknya Manchester United di negeri seberang.

Manajemen

Bukan, bukan Massimiliano Allegri -- kita akan sampai ke sana pada waktunya. Manajemen disini adalah hierarki yang lebih tinggi yakni sang taipan klub itu sendiri alias Keluarga Agnelli. Di era modern sepak bola dimana klub sudah menjadi mainan orang-orang superkaya dan raja-raja minyak, Juventus adalah satu dari sedikit klub yang masih mempertahankan kepemilikan tradisional melalui Keluarga Agnelli. Bahkan Silvio Berlusconi saja sadar kapan ia harus legowo dan menjual AC Milan ketika banter era tim pesaing Juventus tersebut sudah memasuki puncaknya. Hasilnya, musim lalu I Rossoneri meraih scudetto pertama mereka dalam sebelas tahun!

Kepemilikan tradisional sebenarnya bukan hal yang buruk -- dan tidak selamanya juga manajemen baru selalu menjamin keberhasilan. Lihat saja apa yang terjadi pada Keluarga Glazer! Namun, sepak bola sudah berubah, dan manajemen juga harus ikut berubah agar tetap relevan dengan perkembangan zaman. Real Madrid dan Barcelona adalah contoh bagaimana muka-muka lama dapat menyikapi perubahan di dunia sepak bola -- walaupun dengan cara-cara yang paling ekstrem sekalipun. Sayangnya, hal ini tidak terjadi dengan Keluarga Agnelli di Juventus.

Kesalahan pertama Keluarga Agnelli sejatinya datang dua musim yang lalu ketika mereka secara mengejutkan menunjuk Andrea Pirlo sebagai suksesor Maurizio Sarri sebagai manajer tim. Itulah titik dimana banter era Juventus yang sesungguhnya dimulai. Dari sebuah tim scudetto, Juventus berubah menjadi tim medioker dalam satu musim kendati pada waktu itu masih ada Cristiano Ronaldo di sisa-sisa usia emasnya. Penunjukkan Pirlo sendiri masih sulit untuk dijelaskan sampai saat ini. Entah karena alasan finansial semata, atau karena terlalu percaya diri dengan materi pemain yang ada pada saat itu, yang jelas keputusan itu terbukti keliru. Lebih parahnya lagi, Keluarga Agnelli berusaha memperbaikinya dengan keputusan yang lebih keliru lagi yakni kembali kepada manajer lama: Massimiliano Allegri!

Selain itu, kegagapan pemilik dalam menyikapi perubahan dunia sepak bola juga terlihat pada serangkaian keputusan aneh lainnya. Misalnya mengganti logo klub secara dramatis dan menghilangkan identitas I Bianconeri hampir sama sekali -- sesuatu yang bahkan tidak berani dilakukan oleh klub-klub "modern" seperti Chelsea atau Manchester City sekalipun!

Di tengah persimpangan jalan seperti saat ini, menarik untuk melihat bagaimana langkah yang akan diambil oleh Keluarga Agnelli selanjutnya.

Massimiliano Allegri

Tiga tahun yang lalu, Allegri mungkin adalah salah satu pelatih yang paling dicari di dunia. Semua klub besar Eropa menginginkannya. Saat ini, bahkan mungkin tidak ada klub medioker di Liga Inggris yang berani berjudi dengan Allegri. Satu-satunya alasan mengapa Juventus masih mempertahankannya adalah karena ia masih terikat kontrak hingga tahun 2025 -- dan Si Nyonya Tua tidak sanggup membayar kompensasi pelepasannya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun