Sore itu karena kondisi lapar, sehabis shalat Ashar saya memutuskan untuk beli somay yang kadang mangkal di sebelah masjid dekat lokasi perkerjaan. Setibanya disana, saya langsung ikut antri membeli, tiba-tiba ada seorang Office Boy (OB) yang wajahnya cukup familier karena sering bertemu, menyapa saya.
OB: “ Siang pak, beli somay juga..?”
Saya: “ Iya mas, laper nih “ jawab saya,
OB: “kalau saya beli karena disuruh Pak, kadang-kadang pas saya sedang bersih-bersih toilet, terus tiba-tiba di SMS pegawai, yang minta di belikan ini dan dibelikan itu, untung kalau deket Pak, ini jaraknya jauh banget, udah gitu smsnya dengan kalimat perintah seenaknya, cepetan gak pake lama, saya lagi kepengen soalnya…,” imbuhnya.
Saya: “Tapi kan enak mas, dikasih buat jasa lelahnya juga, ya minimal dibelikan yang sama juga sama yang nyuruh…”
OB: “Waah, enak Pak kalau begitu, ini mah boro-boro, ucapan terima kasih aja jarang saya terima pak, ya beginilah kalau nasib jadi OB Pak…” keluhnya.
Saya: “Ooohh…, “ jawab saya sambil manggut-manggut.
Terus terang, saya sendiri belum pernah minta bantuan OB atau istilahnya nyuruh OB untuk beli ini dan itu, disamping saya sendiri merasa masih bisa melakukannya sendiri, saya juga mengerti kondisi kerjaan mereka yang cukup padat juga dan bahkan masih sering dikomplain oleh para pegawai yang sama sekali tidak mencoba untuk mengerti, bahwa kerjaan mereka yang notabene kasar dengan gaji yang tidak seberapa, namun masih juga dikasih kerjaan tambahan oleh para pegawai yang tidak ada rasa kasihan sama mereka dengan ungkapan enteng mengatakan “Itukan sudah tugasnya mereka..”. Hal-hal seperti inilah yang seyogyanya dipahami oleh orang-orang yang cukup beruntung mendapatkan pekerjaan lebih baik dari mereka dengan gaji yang jauh lebih tinggi tentunya. Meminta bantuan kepada mereka bukanlah suatu hal yang dilarang, namun sebaiknya kita mengerti juga, ketika kita minta bantuan tenaganya untuk membeli sesuatu, misalnya makanan, setidaknya belikanlah juga untuknya makanan yang sama. Dan tentunya dua kata sakti “Terima Kasih” tidak akan mengurangi derajat dan martabat orang yang mengucapkannya, justru malah akan disegani oleh orang-orang yang mendengar disekitarnya. Sungguh saya sangat prihatin dengan melihat kondisi dan realita yang ada di sekitar lingkungan kita sendiri, dan saya yakin hal itu juga terjadi di banyak lokasi lainnya, kebanyakan orang hanya menghormati dari segi pekerjaan yang disandangnya, padahal belum tentu jabatan dan jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang mencerminkan kepribadian yang pantas untuk dihormati.
Mari kita renungkan sejenak, apabila kita dalam posisi mereka (menjadi OB), kemudian diperlakukan seperti apa yang saya ceritakan diatas, apa yang kita rasakan…? Demikianhalnya juga dengan mereka, pasti akan merasakan hal yang sama bukan…? (RW 27042012)
Salam Kompasiana
By RWrite Todaywww.rwrite-today.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H