Mohon tunggu...
RAHARDI WIDODO
RAHARDI WIDODO Mohon Tunggu... -

karyawan swasta,pecinta musik,bola mania,

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Merokok Bareng Pak Dokter

18 Mei 2013   16:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:23 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Mbak , kopi hitam ya, gulanya sedikit saja, " begitu kata seorang pelanggan kepada pelayan warung kopi di dekat sebuah rumah sakit . Memang, beberapa waktu lalu saya nongkrong di Angkringan tepat di depan rumah sakit tersebut. Kondisi warung tampak dipenuhi pembeli. Orang itu lantas duduk disamping saya sembari menyeruput kopi ditemani sebatang rokok ditangannya. Kemeja polos warna hitam dengan sepatu Pantofel warna hitam mengkilap memperlihatkan ia cukup elegan dalam berpenampilan.

Lalu, diambilnya beberapa gorengan dan nasi bungkus. Terlihat ia begitu kelaparan. Dalam sejekab beberapa bungkus sego kucing ludes disantabnya. Terasa ada yang kurang sehabis makan tanpa ditemani sebatang rokok, begitu kata banyak orang. Pun demikian dengan pria tersebut. Dari balik saku bajunya yang tampak masih baru, dikeluarkannya sebungkus rokok kretek. Lantas di hisapnya perlahan-lahan sampai kepul asapnya keluar-masuk mulut dan hidung silih berganti.

" Mas rokok " Ucapnya kepada saya sambil menyodorkan rokok. " Makasih pak, saya baru saja habis sebatang ", jawab saya. Ia pun melanjutkan "kesibukannya" menghisap rokok sampai ujung batang terakhir.

Beberapa saat kemudian, ia hendak meninggalkan warung. Telepon berdering berkali-kali rupanya mengharuskannya meninggalkan tempat itu. Seperti ada keperluan penting terlihat jelas dari gerak tubuhnya yang terburu-buru. Setelah membayar, ia pun bergegas akan pergi.

Ada pemandangan menarik selepas ia berdiri sebelum melangkahkan kaki. Diraihkan sebuah jaket warna putih dari dalam tas gendong miliknya dan kemudian ia memakainya. Dibagian dada sebelah kanan tertera sebuah nama beserta gelarnya. Ternyata..oh ternyata, ia adalah seorang dokter.

Ada tiga hal yang menarik bagi saya dengan peristiwa di warung kopi tersebut. Pertama, saya sama sekali tidak tahu kalau ternyata ia seorang dokter. Bukan tanpa alasan, seragamnya ( jaket warna putih ) ternyata disimpan di dalam tas ketika di dalam warung. Nggak tahu kenapa. Mungkin panas atau gerah didalam warung, sehingga jaketnya dimasukin tas. Atau mungkin untuk menghilangkan jejak, malu ketahuan teman-teman nya, masak seorang dokter makan di angkringan dipinggir jalan, heeee.hhe.

Kedua, dia kan seorang dokter, lha kok nawarin saya rokok yaa. Kiraain dokter ya nggak merokok. Kan dia yang paham kesehatan, padahal merokok diketahui merugikan kesehatan. Berarti dia ngajakain saya hidup nggak sehat donk, heee.hee. Enggak lah, ambil sisi positifnya saja. Bahwa pak Dokter itu pasti orangnya dermawan dan baik hati.

Ketiga, saya sebenarnya pengin berhenti merokok. Tapi kok susah banget ya. Ada obatnya nggak ya untuk menyembuhkan pecandu rokok. Atau mungkin makanan apa kek gitu. Yaa maklum saja bro, saya kenal rokok sejak SMP, walaupun jaman sekolah dulu masih sembunyi-sembunyi takut di jewer bapak.

Sempat vakum merokok beberapa bulan seh. Tapi kok kambuh lagi yaa. Nggak kuat godaannya , sumpah deh. Ya mudah-mudahan saja saya bisa segera berhenti merokok.

Salam ( Rahardi Widodo )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun